Scammer adalah istilah untuk pelaku penipuan dengan
menggunakan media online, seperti facebook, twitter, situs perjodohan, atau
situs-situs yang lainnya.
Dan dari hasil sowan
ke mbah google, ternyata scammer ini dibedakan menjadi dua jenis aliran utama.
Scammer
harta, penipu yang mengincar harta kekayaan korban. Banyak kisahnya yang diangkat
dan dilaporkan pada pihak berwenang. Mungkin karena korban scammer jenis ini
lebih mudah melaporkan juga lebih mudah menunjukkan buktinya.
Korban scammer harta dalam melaporkan tindak kejahatan
yang menimpa dirinya tidak terlalu banyak beban, dan transfer uang, atau
pemberian sejumlah harta kekayaan dapat dengan mudah dijadikan sebagai bukti.
Scammer
cinta, penipu yang mengincar cinta dari korbannya atau menjurus kearah tindak
kejahatan asusila. Menipu korban untuk diajak berhubungan intim, meminta foto bugil
dan sejenisnya, merengut kehormatan dari korbannya.
Karena yang hilang adalah kehormatannya, maka
korban scammer cinta ini lebih sulit untuk melaporkan tindak kejahatan yang
dialaminya, mencari buktinya pun juga akan mengalami kesulitan. Kehormatan dari
abg yang keperawanannya terenggut, atau kehormatan emak-emak dari keluarga
baik-baik yang menjadi korban ulah scammer bejat.
Lantas dunia nge-blog dan bloger pengelolanya apakah
juga bisa menjadi seorang scammer? Selama masih bisa berlindung dibalik topeng
anonim, maka blogger juga sama seperti pengguna akun facebook, twitter, dll,
bisa menciptakan kesempatan yang sama pula.
Seperti saya misalnya, yang berlindung dibalik akun
abal-abal seperti ini, maka dengan mudah juga bisa mencitrakan diri menjadi
seorang bijak, petuah-petuah humanis, petuah-petuah anti keributan, humoris,
dll.
Padahal, dibalik semua itu bisa saja saya ini seorang
scammer penghasut yang menggiring pembaca saya untuk menjadi pendendam, merusak
pertemanan, memancing keributan, tukang kompor perpecahan, dll. Dibalik topeng
bijak saya bersembunyi sosok dewa Ares yang haus akan peperangan.
Kejahatan scammer bisa terjadi pada siapa saja,
mungkin tidak pada diri anda, tapi bisa saja
terjadi pada anak anda, keponakan anda, saudara anda, dan lain sebagainya. Maka
ada baiknya selalu ingat pesan bang napi, waspadalah,
waspadalah, waspadalah......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar