Minggu, 19 Februari 2017

Tips Untuk Para Golputers Galau

Telah dua periode pilpres (2009 dan 2014) memilih untuk tidak memilih alias bergolput ria, galau menentukan pilihan seperti kebanyakan golputers lain. Khawatir salah dalam menentukan pilihan, serta takut dikibuli oleh janji-janji semanis madu para calon pemimpin.

Tapi melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini rasanya kok terlalu sayang untuk menjadi golputers lagi, karena apa yang terjadi belakangan ini mengingatkan saya pada suana yang mirip-mirip dengan rezim di masa lalu.

Sebagai orang yang tumbuh di rezim tersebut merasakan sendiri bagaimana pemerintahan di jaman itu dijalankan. Pada waktu itu rakyat sedikit mungkin diberi akses pada pemberitaan yang benar/berimbang (dibodohi “pakai” berita media masa), karena berita-berita yang tayang pada masa itu dibungkus sedemikian rupa (framing bahasa sekarang), sehingga rakyat hanya tahu berita persis seperti apa yang pemerintah mau. Banyak hal yang sengaja ditutup-tutupi, dengan dalih demi keamanan nasional atau kalau memakai bahasa sekarang agar tidak terjadi kegaduhan politik.

Berita kebobrokan pemerintah hanya bisa didengar melalui bisik-bisik tetangga tanpa data dan fakta, kalau saat ini mungkin sudah termasuk dalam kategori berita HOAX, dan bisa dikenai pasal penyebar hoax. Sementara media masa yang kritis pada pemerintah banyak yang dibikin sekarat terlebih dahulu, atau dibredel kalau jaman dahulu menyebutnya (mirip saat ini yang tengah dalam proses pemberlakuan barcode untuk memverifikasi media).

Dan setelah merenung selama tujuh purnama, mandi di tujuh sumber air berbeda dengan ditaburi bunga tujuh rupa, maka inilah beberapa tips yang bisa saya bagikan:  

Pertama, Lihat seberapa dominan orang-orang yang berada dibelakangnya (baca bandar), karena mereka itulah yang nanti menjadi sebenar-benarnya penentu (mutlak) kebijakannya. Terkecuali jika dia seorang “pemilik partai yang bersuara mayoritas, seperti Suharto (32 tahun); Megawati (3 tahum) dan SBY (10 tahun), mereka akan punya setengah kekuatan menentukan arah pemerintahan (berbagi kekuasaan dengan para bandar)

Kedua, lihat seberapa banyak media pendukungnya, karena disinilah awal dibelokan dan dipelintirnya berita, jelek bisa dipoles menjadi agak bagus serta bagus akan menjadi terlihat hebat luar biasa. Banjir akan terlihat sebagai genangan, gusur bisa berarti relokasi dan reklamasi terdengar seperti investasi. Mirip-mirip rezim dimasa lalu yang mengontrol berita-berita mana yang boleh disiarkan mana yang tidak boleh disiarkan, hanya saja dipoles lebih halus dari segi cara maupun segi bahasanya.

Ketiga, lihat seberapa banyak dan kuat buzzers-nya, karena mereka ini akan menyerang siapapun  yang mempunyai pikiran yang berbeda dengan kebijakan pemerintahan, pasukan yang tidak ingin berbagi ruang untuk perbedaan bersuara, phobia terhadap suara-suara sumbang. Mirip-mirip juga dengan rezim masa lalu, kalau dahulu buzzersnya berbentuk kumpulan masa dalam wujud nyata, berbentuk ormas-ormas pelindung perintah, yang akan menghajar balik tiap demo-demo yang menyuarakan penentangan terhadap kebijakan pemerintah.  

Keempat, jadikan program para capres, cagub, cawakot, dan segala ca-ca lain sebagai pertimbangan terakhir. Karena biasanya apapun programnya hanya beberapa saja yang akan benar-benar dijalankan saat benar-benar terpilih, kalaupun akhirnya program dipenuhi anggap saja sebagai  bonus tambahan.

Dengan melihat dan mempertimbangkan 4 hal diatas paling tidak saya bisa meminimalkan resiko kesalahan dalam memilih. Kalaupun jika terjadi kesalahan (lagi) dalam menentukan pilihan, paling tidak saya masih bisa mengkritisi, menyinyiri pilihan saya tanpa rasa takut akan bullying dari para buzzers-nya, dan terhidar dari jeratan aneka pasal berlapis yang siap menghadang.

Dan yang lebih penting lagi buat saya adalah hak rakyat untuk memperoleh pemberitaan yang berimbang (20 tahun pasca reformasi masak rakyat/tuan akan kembali dibodhi “pakai” media masa). Calon yang tidak didukung oleh banyak media masa, maka secara otomatis akan semakin banyak media yang bersikap netral. Akan banyak media yang menayangkan berita tanpa pemelintiran ataupun pembelokan, karena media-media tersebut jelas tidak dibebani oleh hutang-piutang dalam hal dukung-mendukung

…..Golputer tobat…..
Sumber gambar:
http://aceh.tribunnews.com/2017/02/17/data-desk-pilkada-lhokseumae-golput-mencapai-51-ribu-orang