Selasa, 16 September 2014

Kasualitas



Menurut Wikipedia, [[[Kausalitas merupakan prinsip sebab - akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.

Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.]]]

Bagi yang berkeyakinan dengan konsep agama langit selalu menisbatkannya pada Sang Maha Tunggal, sebagai penyebab awal atau sebab yang tidak lagi bersebab.

Sementara bagi beberapa keyakinan dan atheis mereka akan selalu mengejar harusnya ada lagi yang menyebabkan Tuhan ada, dan selalu akan terjadi argumen yang panjang.

Menurut renungan saya kasualitas itu seperti barisan seratus orang yang menghadap ke arah yang sama (bukan melingkar), saat orang pertama mendorong orang kedua dan mengakibatkan jatuhnya orang kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi penyebab jatuhnya orang kesaratus adalah orang ke sembilan puluh sembilan, dan seterusnya hingga sampai pada orang pertama. Sementara orang pertama tidak terjatuh karena tidak ada yang menyebabkan dia terjatuh disebabkan dialah penyebab pertama atau penyebab awalnya.

Selasa, 09 September 2014

Tidak Hanya Butuh Logika Tapi Juga Rasa



Bunyi atau suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium atau zat perantara, yang dapat berupa zat cair, padat, gas. Secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan getar osilasi atau frekuensi yang diukur dalam satuan getaran Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam satuan tekanan suara desibel (dB).

Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia berkisar antara 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo berbagai variasi dalam kurva responsnya.

Itulah kurang lebih teori yang ada mengenai bunyi atau suara, sementara…

Nada adalah bunyi yang beraturan, yaitu memiliki frekuensi tunggal tertentu. Dalam teori musik, setiap nada memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda.

Itulah kurang lebih penjelasan tentang nada…..

Bagi awam seperti saya, yang tidak pernah belajar merasakan kepekaan terhadap nada, bunyi yang terdengar menjadi lebih mendekati ke penjelasan teoritisnya saja. Maka ketika ada alat musik di bunyikan dengan nada Do, bagi saya tidak akan bisa membedakannya dengan nada Si atau Re, nada Mi terasa hampir sama dengan Fa, dst.

Sementara bagi orang yang sudah belajar dengan baik merasakan nada, maka mereka bukan hanya bisa membedakannya tapi juga bisa menyusun atau menata nada-nada tersebut menjadi sebuah irama, hingga bisa tercipta lagu yang mengalun indah, menjadi sebuah karya yang luar biasa.

Ternyata bagi logika awam saya suara hanyalah sebuah bunyi yang tidak memiliki makna apa-apa tak lebih tak kurang, sementara bagi mereka yang sudah belajar merasakan dan menjiwainya, bisa menjadi kaya makna bahkan menjadi maha karya…………