Menurut
pengertiannya,
Satire adalah gaya untuk menyatakan sindiran terhadap suatu
keadaan atau seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme,
atau parodi.
Bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan
untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat
menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau
fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan
fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu,
mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas,
atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara
emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana
saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat
kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
Kalau
berdasarkan pengertian diatas satire dan bullying memang tidak memiliki
kesamaan. Namun bila dilihat lebih jauh lagi, ternyata antara satire dan bully
itu ada benang merah yang masih bisa ditarik.
Dalam
pengerian bullying diatas, disebutkan “…Perilaku
ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidak seimbangan kekuasaan
sosial atau fisik. Hal ini dapat
mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan
dan dapat diarahkan berulang kali
terhadap korban tertentu…”. Dan juga jika merujuk pada kalimat ini “…Tindakan penindasan (bullying) terdiri atas
empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber..”.
Masih
menurut wikipedia disebutkan juga adanya jenis bullying secara psikologis, yaitu tindakan penindasan yang menimbulkan
trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres. selain itu juga
menimbulkan kegalauan/GUSAR.
Jadi
satire jika ditujukan pada seseorang hanya sekali atau dua kali saja mungkin
itu memang murni berupa bentuk sindiran atau hanya sebatas parodi saja. Namun
bila satire diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Yang
menimbulkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres juga
menimbulkan kegalauan/GUSAR, maka bukankah itu juga disebut bentuk bullying.
Dalam
urusan bullying kelihatannya satire adalah senjata yang sangat ampuh dan sadis,
ibaratnya seperti peluru karet yang bisa dipantulkan kemana saja sebelum
mengenai sasaran sebenarnya. Dan tidak terlalu mematikan, butuh berkali-kali
tembakan supaya korban tewas mengenaskan.
Satire
ini juga pas dengan jargon seleb cantik yang sering bikin heboh Syahrini,“Maju
Cantik Mundur Cantik”. Kalau korban hanya diam tidak melawan maka peluru akan
ditembak berulang (maju cantik), tapi kalau korban mulai marah dengan mudah
mengelak, “kamunya aja yang sensi aku kan
bukan lagi ngomongin kamu” (mundurpun masih tetap cantik).
Apakah
satire sama dengan membully? Jelas tidak. Tapi satire bisa menjadi senjata ampuh bagi orang yang berniat dan bertujuan membully. Dan
bisa terjadi dimana saja, baik di lingkungan sekolah, lingkungan kerja, atau
dalam sebuah komunitas yang besar.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar