Senin, 06 Oktober 2014

Tuhan (Memang) Menyuruh Ibrahim AS Mengorbankan Anaknya



Ilustrasi,

Pak Indro sedang menyuruh anaknya yang bernama Dono untuk naik sepeda, “ Ayo Don naikin sepedanya!”

Dari tembok rumah sebelah, Pak Kasino yang lagi berkebun langsung memprotesnya, “Gila lu nDro! Anak umur 3 tahun sudah lu suruh naik sepeda”.

“Apa lu kaga tahu kalau ntu anak masih belum bisa naik sepeda!”, tambah Pak Kasino.

Dari sudut pandang pak Kasino itu memang benar adanya, kekawatiran pak Kasino memang beralasan, bagaimana nanti kalau Dono jatuh, kecebur selokan atau ditabrak motor. Dan tuduhan kalau pak Indro sangat kejam pada anaknya pun juga menjadi beralasan pula

Namun bisa jadi berbeda bila sudut pandang itu dari pak Indro sendiri, sebagai orang tua yang membesarkan Dono, sudah pasti tahu betul bagaimana kemampuan si Dono. Kaki-kakinya belum sampai ke tanah untuk bisa membuat sepedanya tetap berdiri, keseimbangannya pun masih belum terlatih dengan baik.

Tapi pak Indro yakin bahwa anaknya mampu untuk menaiki sepeda itu, maka disuruhlah si Dono untuk menaiki sepeda itu supaya dia mulai belajar, dengan harapan si Dono cepat mengerti dan bisa naik sepeda dengan sendirinya.

Dan sebagai orang tua yang begitu besar tanggung jawabnya terhadap keselamatan anak, Dono pun sudah dilengkapi dengan alat keselamatan seperti helm dsb. Serta tak lupa akan selalu mengawasi dan mejaga si Dono dari belakang, dan siap memegangi sepeda tersebut bila terlihat tanda-tanda akan terjatuh.

Di sini tujuan pak Indro menjadi jelas, ingin anaknya mempraktekkan langsung apa yang selama ini hanya sebatas teori bersepeda, pak Indro ingin anaknya mengalami sendiri rasanya bersepeda itu seperti bagaimana.

Dari ilustrasi sederhana tersebut,
Mungkin bisa SEDIKIT disamankan dengan apa yang terjadi pada Ibrahim AS, ketika Tuhan memerintahkan Ibrahim As untuk mengorbankan anaknya, apa benar Tuhan tidak tahu keimanan seorang hambanya? Dan apa tidak kejam perintah seperti itu?

Dari sudut pandang manusia mungkin benar saja anggapan seperti itu, tapi bila mencoba dari sudut pandang ke-Tuhanan mungkin saja akan berbeda.

Sedikit mundur kebelakang, ketika masih belum berkeluarga Ibrahim AS pernah di bakar dalam kobaran api, saat itu dengan tegas Ibrahim AS menolak tawaran malaikat yang ingin membantunya, bagi Ibrahim AS cukup baginya hanya Tuhan saja tidak dengan yang lain.     

Namun begitu Ibrahim AS berkeluarga dan punya anak, cintanya mungkin mulai tergoyahkan dan mendua, rasa cinta pada anaknya mulai berkembang dan membesar mendesak kecintaannya pada Tuhan. Dan tak ingin Sahabat-Nya itu terlena, tak ingin dunia menarik serta menggenggamnya, maka diperintahlah Ibrahim AS untuk mengorbankan anaknya.     

Untuk mengajari Ibrahim AS, bukan hanya sekedar dalam teori tapi prakteknya secara langsung, makna cinta yang sebenarnya bukan hanya sebatas cinta dunia yang maya dan sementara ini tapi cinta sejati kepada Sang Maha Sejati.

Dan bagi saya pribadi Ibrahim AS ini adalah sosok makrifat sejati, menyaksikan sendiri atau mengalami sendiri semua jenak-jenak tentang Tuhan dan Ketuhanan-Nya.

TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN?



Menurut kaidah-kaidah dalam fisika, dingin itu sebenarnya adalah ketiadaan panas, Suhu - 460 derajat Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali. Semua partikel menjadi diam, tidak bisa bereaksi pd suhu tsb. Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas.

Sementara gelap itu adalah keadaan dimana tidak ada cahaya, cahaya bisa kita pelajari sedangkan gelap tidak bisa. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna. Seberapa gelap suatu ruangan diukur melalui berapa besar intensitas cahaya yang ada di ruangan tersebut.

Dingin dan gelap hanyalah istilah kesepakatan untuk mengungkapkan atau mengambarkan kebalikan dari kondisi tersebut.

Lantas apakah kejahatan itu ada? mungkin hampir sama dengan kaidah-kaidah fisika diatas, pada dasarnya Tuhan itu tidak menciptakan kejahatan, semua manusia terlahir bersih dan telah pula diberi kesempurnaan berupa sifat-sifat ke-Ilahi-an (tiupan Nafas Cinta-Nya).
  
Kejahatan itu timbul karena tertutupinya sifat-sifat ke-Ilahi-an yang sudah pernah ada pada manusia, oleh keinginan nasfunya, keakuannya, egonya. Hingga bisa melahirkan keserakahan, ketamakan, iri/dengki, dsb, yang pada akhirnya membuat orang tersebut mau melakukan segala cara untuk memenuhi tuntutan nafsunya tersebut.


Selasa, 16 September 2014

Kasualitas



Menurut Wikipedia, [[[Kausalitas merupakan prinsip sebab - akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.

Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.]]]

Bagi yang berkeyakinan dengan konsep agama langit selalu menisbatkannya pada Sang Maha Tunggal, sebagai penyebab awal atau sebab yang tidak lagi bersebab.

Sementara bagi beberapa keyakinan dan atheis mereka akan selalu mengejar harusnya ada lagi yang menyebabkan Tuhan ada, dan selalu akan terjadi argumen yang panjang.

Menurut renungan saya kasualitas itu seperti barisan seratus orang yang menghadap ke arah yang sama (bukan melingkar), saat orang pertama mendorong orang kedua dan mengakibatkan jatuhnya orang kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi penyebab jatuhnya orang kesaratus adalah orang ke sembilan puluh sembilan, dan seterusnya hingga sampai pada orang pertama. Sementara orang pertama tidak terjatuh karena tidak ada yang menyebabkan dia terjatuh disebabkan dialah penyebab pertama atau penyebab awalnya.

Selasa, 09 September 2014

Tidak Hanya Butuh Logika Tapi Juga Rasa



Bunyi atau suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium atau zat perantara, yang dapat berupa zat cair, padat, gas. Secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan getar osilasi atau frekuensi yang diukur dalam satuan getaran Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam satuan tekanan suara desibel (dB).

Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia berkisar antara 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo berbagai variasi dalam kurva responsnya.

Itulah kurang lebih teori yang ada mengenai bunyi atau suara, sementara…

Nada adalah bunyi yang beraturan, yaitu memiliki frekuensi tunggal tertentu. Dalam teori musik, setiap nada memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda.

Itulah kurang lebih penjelasan tentang nada…..

Bagi awam seperti saya, yang tidak pernah belajar merasakan kepekaan terhadap nada, bunyi yang terdengar menjadi lebih mendekati ke penjelasan teoritisnya saja. Maka ketika ada alat musik di bunyikan dengan nada Do, bagi saya tidak akan bisa membedakannya dengan nada Si atau Re, nada Mi terasa hampir sama dengan Fa, dst.

Sementara bagi orang yang sudah belajar dengan baik merasakan nada, maka mereka bukan hanya bisa membedakannya tapi juga bisa menyusun atau menata nada-nada tersebut menjadi sebuah irama, hingga bisa tercipta lagu yang mengalun indah, menjadi sebuah karya yang luar biasa.

Ternyata bagi logika awam saya suara hanyalah sebuah bunyi yang tidak memiliki makna apa-apa tak lebih tak kurang, sementara bagi mereka yang sudah belajar merasakan dan menjiwainya, bisa menjadi kaya makna bahkan menjadi maha karya…………

Minggu, 15 Juni 2014

Mengadili Tuhan

Tuhan, jika Engkau akan mengadiliku atas pikiran-pikiran rahasiaku, aku akan mengadili-Mu dengan Ketuhanan-Mu
Tuhan, jika Engkau akan mengadiliku atas dosa-dosaku, aku akan mengadili-Mu dengan Karunia-Mu
Dan jika aku Kau masukkan ke dalam neraka, aku akan mengumumkan cintaku pada-Mu kepada para penguni neraka

Puisi Darani


Kecintaanku pada Allah tidak menyisakan sedikit pun ruang di dalam diriku untuk membenci kepada iblis

Renungan Rabi’ah


Ya Allah, ada orang-orang yang mendekat pada-Mu, dan Engkau memberi mereka kemampuan untuk berjalan di atas air atau berjalan di udara, dan mereka mengharapkannya. Aku mohon pada-Mu lindungi aku agar tak menjadi seperti itu.

Ada orang-orang yang mendekat pada-Mu dan Engkau memberi mereka hadiah berjalan-jalan sejenak mengitari seluruh dunia, dan mereka mengharapkan itu. Aku memohon pada-Mu jagalah aku dari yang demikian itu.
 
Dan ada orang-orang yang mendekat pada-Mu, lalu Engkau memberi mereka harta karun dan mereka puas dengannya. Aku memohon pada-Mu agar terhindar dari yang demikian.

Doa Abu Yazid
 

Selasa, 10 Juni 2014

RUANG TUNGGU UGD

Beberapa waktu yang lalu saya mengantar family ke rumah sakit, setelah si sakit selesai ditangani di sarankan untuk menjalani rawat inap. Sambil menunggu persiapan pindah kamar selesai, saya duduk di ruang tunggu UGD, malam itu pasien yang datang ke UGD tidak banyak, diantatanya famili saya, seorang anak seumuran anak SMP, kemudian datang lagi hampir bersamaan 2 orang yang sudah sepuh (tua).

Yang satu seorang nenek, saat masuk terlihat hanya terbaring lemah tak ada suara atau gerakan kesakitan. Yang satunya lagi seorang kakek, tubuhnya menegang dan samar-samar dari mulutnya terdengar suara menyebut-nyebut Asma dan Keagungan-Nya. Saya pikir baguslah, saat-saat kritis seperti itu masih bisa menyebut Asma-Nya, soalnya tidak sedikit ketika merasakan sakit yang sangat malah menyebut kata-kata yang tak pantas dan supah serapah.

Beberapa waktu kemudian si nenek di bawa keluar lagi, dari percakapan para pengantar yang bisa saya tangkap, kelihatannya sang nenek harus dirujuk kerumah sakit yang lebih lengkap peralatannya, sementara untuk sang kakek saya tidak tahu lagi kelanjutannya, karena saya sudah bersiap-siap untuk memindahkan famili saya ke kamar rawat inap.

Sesampainya dirumah pikiran saya tidak lantas berhenti begitu saja, justru malah berputar-putar karena pemandangan itu sulit lepas dari pikiran, terutama tubuh tegang dan ekspresi wajah dari sang kakek yang seperti ketakutan. Dan menurut otak-atik pikiran liar saya, kelihatannya penyebutan Asma dan Keagungan-Nya lebih seperti sebuah doa-doa dan harapan untuk terus hidup, ekspresinya seperti takut akan kematiannya atau takut terpisah dari semua yang dimilikinya (keluarga, harta dan sebagainya).

Kesimpulan saya tersebut mungkin merupakan gambaran bawah sadar saya sendiri, bahwa saya sebetulnya juga takut bila berada di posisi kakek tersebut. Padahal kematian itu adalah satu-satunya yang pasti diantara ketidakpastian di alam dunia ini. Akankah saya pada akhirnya juga akan seperti kakek itu? Takut terpisah dengan dunia, takut kehilangan segala nikmat indrawi yang sudah terlanjur melekat dan berkarat dalam pola pikir dunia materi ini?

Bukankah selama ini para nabi dan wali sudah memberikan ajaran-ajaran dan tauladan untuk menghadapi saat-saat seperti itu. Sudah cukupkah ajaran ataupun wejangan nari para nabi dan wali yang sudah saya praktekkan, dan bisa menjadikan saya siap menghadapinya? Ataukah semua praktek dan ritual yang saya jalankan hanya sekedar ritual tanpa makna? Sebuah ritual yang hanya sekedar gugur kewajiban saja, sehingga ajaran dan prakteknya tidak bisa meresap masuk dalam laku sehari-hari.......?
 

Sabtu, 24 Mei 2014

Surga Dan Neraka

Surga itu adalah, saat makan di kaki lima bisa merasakan nikmatnya tiap suapan seperti masakan di restoran mewah, dan saat tidur di kamar kontrakan yang hanya beralaskan tikar bisa senyenyak tidur di hotel bintang lima. Karena pikirannya sudah tidak lagi dibebani oleh keinginan-keinginan berlebihan dari ke-aku-annya, sehingga apapun yang diterimanya adalah anugrah yang patut di syukuri.

Dan apabila saat di dunia maya ini sudah bisa merasakan nikmat seperti itu, maka sebetulnya sudah mendapat tanda-tanda bisa merasakan atau mencicipi nikmat surga yang sebenarnya. Karena pada dasarnya sedikit banyak sudah bisa menekan nafsu (ke-aku-annya)

Neraka itu adalah, saat makan di rumah makan mewah tapi tidak bisa merasakan betapa nikmatnya di tiap-tiap suapan yang dikunyahnya, dan saat tidur di hotel bintang lima tidurnya tak bisa nyenyak dan selalu merasa gelisah. Karena pikirannya begitu terbebani dengan keinginan-keinginan dari ke-aku-annya, sehingga apapun yang diterimannya menjadi kekurangan yang harus dicarikan cara agar bisa terpenuhi ataupun tertutupi.

Dan apapbila saat di dunia maya ini hanya terus-menerus merasa kekurangan seperti itu, maka sebetulnya sudah mendapat tanda-tanda bakalan merasakan atau mencicipi betapa tidak enaknya neraka yang sebenarnya. Karena sang nafsu masih begitu kuat mengikat dirinya.....

Kamis, 15 Mei 2014

Setan Selalu Benar....

Membaca status salah satu teman yang mempertanyakan “apakah setan  itu selalu  bersalah?” , membuat saya tergelitik untuk merenung dan pada akhirnya ingin menuliskannya.

Menurut saya setan itu kok tidak pernah bersalah ya, bukankah tugas setan adalah menjadi kepanjangan tangan dari sang iblis yang sejak dari dahulu selalu bertugas mengajak untuk ingkar, mengajak kepada keburukan, mengajak untuk melakukan kerusakan. Dan bukankah itu sudah dilakukannya dari dahulu dan tak pernah berubah niat dan tujuannya hingga sekarang, sampai detik inipun setan selalu menjalankan job-desk yang sudah diberikan kepadanya dengan sangat baik (belum pernah ada setan nyleneh yang tiba-tiba ngajak berbuat kebaikan).

Justru yang layak dipersalahkan adalah manusianya, diberi begitu banyak anugrah kelebihan dibanding setan dari sang Maha Pencipta tapi malah sering mengingkari tugas-tugasnya. Diberi tugas untuk menjadi pemimpin (paling tidak memimpin dirinya sendiri) ternyata tidak mampu dan mudah tergoda oleh setan yang level (kesempurnaannya) lebih rendah dari manusia.

Padahal sudah begitu sempurnanya manusia (diberi akal, pikiran, dan rasa) agar bisa dijadikan alat untuk mengukur dan menimbang, namun malah jarang memakainya karena tertutup oleh nafsu atau keinginannya sehingga mudah terbujuk oleh rayuan setan. Melupakan tugas utamanya untuk memimpin dirinya sendiri agar menjadi makhluk yang semakin sempurna hingga bisa mendekati citra Tuhannya (Pengasih, Penyayang, Adil, dsb).

Jadi jangan persalahkan setan atas tergodanya manusia, tapi cobalah melihat pada diri sendiri sudah terlaksana dengan baikah job-desk kemanusiannya? Atau justru lebih tertarik dengan job-desknya sang pembisik kerusakan............

Jumat, 09 Mei 2014

Virzha Di Bajak Ahmad Dhani?

Prediksi dan ramalan saya tentang juara Indonesian Idol 2014 banyak yang meleset, ternyata saya tidak punya bakat untuk jadi paranormal (dan itu patut di syukuri karena artinya saya masih normal-normal saja). Inilah beberapa dasar serta alasan mengenai prediksi saya:

Sarah: Awalnya saya prediksi akan memperoleh “cipratan” tuah dari jawara X Factor yaitu Fatin SL, dengan kesamaan tekat untuk menjadi penyanyi yang tetap berbusana muslim akan memperoleh dukungan yang besar, terlebih suaranya yang bisa tinggi melengking seperti paket komplit untuk menjadi calon penyanyi bak diva tapi berbusana ketimuran. Menjadi alternatif pilihan bagi mereka yang tidak suka suara rendah namun berkarakter kuat ala Fatin.

Virzha: Sejauh ini belum ada yang salah tetang cowok bergaya rock 90an ini, hampir seluruh penampilannya mulus-mulus saja. Belum pernah melakukan kesalahan fatal, bahkan sampai spektakuler ke 12 ini belum pernah masuk menjadi peserta terbawah. Mungkinkah ini ada campur tangan dari AD, yang sejak beberapa babak sebelumnya selalu menyiratkan keinginannya untuk menjadikan Virzha sebagai vokalis baru Dewa? entahlah...

Nowela: Beberapa kali mendapat pujian dari juri tapi beberapa kali juga mendapat komentar yang kurang bagus dari para juri. Tapi keeksotisannya mungkin menjadi daya tarik sendiri bagi penyanyi satu ini, dukungan dari masyarakat Indonesia Timur mungkin masih bisa membuka peluang untuk menjadi juara.

Husein: Si kuda hitam yang benar-benar diluar perkiraan, mengusung genre yang tidak biasa ternyata bisa bertahan hingga masuk dua besar. Padahal para penikmat lagu-lagu metal ini bukan type alay yang demen nonton ajang pencarian bakat seperti ini, apalagi sampai lebay mengirimkan dukungan sms gila-gilaan untuk mendukungnya. Tapi kelabihan mereka adalah solidaritas dan kesetian mereka, bila mereka beramai-ramai turun gunung bisa jadi kekuatan yang mengerikan.


Jumat, 02 Mei 2014

Sistem Kekebalan Tubuh Anak Dan Tahapan Pertumbuhan Saling Terkait?

Ini hanya sekedar hasil pengamatan dan renungan pribadi saja, mengingat begitu sempurnanya Tuhan tentu setiap penciptaan ada maksud dan tujuannya. Misalnya saja kenapa pada beberapa hewan ada yang anaknya dalam hitungan menit sudah mampu berdiri dan beberapa jam kemudian malahan bisa berlari.

Sementara pada manusia kenapa perkembangan anaknya justru butuh waktu yang lebih lama lagi, untuk bisa duduk, merangkak, berdiri saja butuh hitungan bulan. Tahapan tumbuh kembang anak yang perlahan seperti itu, mungkinkah berhubungan erat dengan kekebalan tubuhnya kelak? Sangat menarik untuk direnungkan.

Tahapan paling awal dari seorang anak adalah menyusui, dulu era 80 an atau 90 an kalau tidak salah ingat wanita menyusui dianggap kurang gaul, bukan wanita modern terkesan kolot (bahkan ada yang takut akan merusak keelokan tubuh sang ibu). Tapi saat ini seiring penelitian yang ada terbukti bahwa menyusui ternyata sangat bermanfaat bukan saja untuk anak tapi juga ibunya. Kandungan ASI dari sang ibu ternyata memiliki zat yang sangat bermanfaat untuk sistem kekebalan tubuhnya (Lihat di Kompas Health).

Tahap selanjutnya adalah saat mulai bisa melihat dan tengkurap, saat seperti ini anak mulai menggigit atau memasukkan apa saja yang bisa diraihnya untuk di makan. Mulai dari jari jemarinya sendiri sampai bantal, guling, gendongan dsb, terlihat jorok mungkin.

Selanjutnya adalah merangkak, dan tahap ini mungkin akan terlihat benar-benar menjijikkan, biasanya anak sambil merangkak ia akan memakan apa saja yang ditemuinya sepanjang jalur dia merangkak. Ketemu pasir akan memakan pasir, batu kerikil bahkan (kalau tidak waspada) kotoran cecak atau burung yang kebetulan nemplok juga akan dimakannya.

Ketika sudah agak besar bisa berjalan dan berlari, entah kenapa mereka begitu suka dengan tanah, pasir, air dan lumpur. Dimanapun berada bila melihat unsur tersebut mereka seperti terhipnotis tidak bisa menahan godaan untuk bermain didalamnya.

Tapi mungkinkah ini justru merupakan cara awal seorang anak untuk memperoleh kekebalan tubuhnya? Dengan cara mengenal terlebih dahulu lingkungan yang nanti akan dihadapinya, bila ia lahir dilingkungan perkampungan padat dan kumuh maka yang dia masukkan kemulut adalah tidak jauh berbeda dengan lingkungannya.

Jadi secara perlahan tubuh si anak sebernarnya dikenalkan kepada bakteri atau virus yang ada dilingkungannya terlebih dahulu. Secara perlahan tubuh anak diajari untuk mendeteksi bahaya apa saja yang dihadapi dilingkungannya tersebut. Bila suatu saat terkena bakteri tersebut sedikit banyak tubuhnya sudah pernah mengenalnya, jadi jauh lebih cepat tubuhnya mengantisipasi (mirip dengan vaksin, melemahkan bakteri untuk dikenali tubuh terlebih dahulu).

Dan bila ini diputus dengan cara mensterilkan anak dari semua aktivitasnya tersebut (melindunginya dengan rumah kaca), mungkin saja dia justru kehilangan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit yang ada dilingkungannya. Dan jalan termudah untuk mengobatinya adalah memberikannya antibiotik, padahal bahaya yang lebih besar dari antibiotik juga tengah mengancam, seperti tulisan Kompasianer @Ilyani S (disini) dan @Irawan (disini).



Rabu, 30 April 2014

Rejeki Tak Akan Lari Kemana (Pelajaran dari Olga Syahputra)

Kalau ada yang bilang kesempatan hanya datang sekali saja, saya tak cukup punya dalil yang kuat untuk membantahnya. Kalau ada yang bilang keberhasilan itu adalah hasil kerja keras puluhan kali lipat dari biasanya, saya juga tidak punya dalil yang kuat untuk membantahnya. Kalau ada yang bilang nasib itu berubah atas dasar kemauan manusia untuk merubahnya, pun saya tak tak punya dalil yang kuat untuk membantahnya.

Tapi melihat apa yang terjadi pada Olga Syahputra, mengingatkan saya akan petuah bijak lainnya. Rejeki itu tidak akan lari kemana-mana atau tiap-tiap makhluk itu sudah mempunyai rejekinya sendiri-sendiri.

Semut tak akan memperoleh rejekinya kelinci, burung tak akan memperoleh rejekinya harimau, singa tak akan memeroleh rejekinya gajah, sangat adil dan bijak Tuhan memberikan rejeki hingga tak mungkin akan tertukar. Rejekinya seukuran gelas dikasih air seember pasti akan luber, rejekinya seember dikasih air sebak mandi pasti akan luber, rejekinya sebak mandi dikasih air sekolam pastinya akan luber juga.

Mungkin seperti apa yang terjadi pada Olga, begitu kerasnya dia dalam bekerja hingga tak kenal waktu dan tak kenal lelah. Dan hasilnya memang sangat luar biasa, bukan hanya jutaan tapi milyaran rupiah berhasil dia kumpulkan.

Namun apa mau dikata, rejeki memang tak akan lari kemana. Hasil milyaran rupiah tersebut pada akhirnya tidak sepenuhya diterima oleh Olga, sebagian yang dimilikinya tersebut dengan terpaksa diserahkan pihak lain, rumah sakit, dokter, perawat dan terapisnya, untuk membeli biaya kesehatannya. 

Hasilnya mungkin tidak akan jauh berbeda bila dia tidak ngoyo untuk kejar setoran, seandainya dia tidak kejar setoran penghasilannya mungkin hanya dapat 5 milyar, tapi dia tidak keluar ongkos biaya kesehatan. Sementara bila dia begitu ngoyo kejar setoran dengan tidak mengenal waktu dan mengabaikan kesehatan, bisa saja dia mendapatkan 10 milyar tapi dia juga akan menanggung biaya kesehatannya yang mungkin bisa mencapai 5 milyar.

Jadi kalau memang rejekinya 5 milyar itulah yang mungkin akan dia dapat tak lebih, sama juga dengan para koruptor dan hasil korupsinya mungkin akan sepadan dengan biaya sidang dan ganti rugi yang dia bayarkannya. Kalaupun lolos dan tidak ketangkap mungkin masa tuanya akan sakit-sakitan, sehingga tidak bakal bisa menikmati hasil korupsi sepenuhnya dengan nyaman (hukum sebab akibat pasti akan berlaku).

Yang terbaik adalah melakukan pekerjaan sebaik dan semampu yang kita bisa, sementara hasilnya dikembalikan pada Sang Maha Pengatur dan Maha Pemberi Rejeki. Apapun itu bila berlebihan tidak akan baik, pertengahan adalah yang pas dan tepat, seimbang antara kerja keras dan istirahat, seimbang antara jasmani dan rohani.



Senin, 07 April 2014

Fatin Tidak Boleh Di Kritik?

Mulai dari YKS sekitar bulan November, berlanjut ke launching albumnya sendiri bulan Desember, hingga acara off air di Kalimantan beberapa waktu lalu, dan puncaknya adalah acara PGA yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi yang punya nama besar.

Tak kurang 4 bulan sudah perform yang tidak maksimal terjadi, dan kritik, saran ataupun masukan sudah sedemikian banyak disampaikan. Baik langsung ke orang tuanya melalui komunitas Fatinistic di Jakarta ataupun melalui tulisan, saya sendiripun sudah pernah menuliskannya beberapa waktu lalu.

Tapi apa yang terjadi, tak ada kabar yang sedikit bisa melegakan bagi para penggemarnya, hanya sebuah selentingan kalau Fatin masih mencari guru vokal yang cocok. Sebetulnya kalau manajemen, orang tuanya dan Fatin sendiri mau duduk bersama untuk mencari cara terbaik, waktu 4 bulan sebetulnya cukup untuk mencari pemecahan masalah tersebut.

Paling tidak penyelesaian jangka pendek masih bisa dicari, seperti kalau mau bisa saja Fatin berlatih sendiri melaui tutorial yang ada di media sosial seperti youtube, sambil mencari guru vokal yang tahu betul dengan karakter suara Fatin. Tapi penampilannya di PGA seolah menjadi bukti tidak adanya upaya-upaya tersebut, masih saja kedodoran dan jauh dari penampilannya di X Factor.

Dan ketika kesabaran mereka untuk menunggu akhirnya habis juga dan meledak menjadi kekecewaan. Pertanyaan-pertanyaan tajam dan menghujam tak bisa terhindarkan,  sebagai puncak dari harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Pro-kontra sesama penggemarpun terjadi, ada yang dengan tegas memberikan kritik, ada yang merasa kasihan dan tidak tega, dll.  

Dari pada ribut dengan sesama penggemar, yang paling tepat bila sebaiknya dikembalikan pada orang tua, manajemen dan Fatin sendiri. Bila ingin penampilannya seperti itu terus ya silahkan saja, tapi dengan konsekwensi job (baik off maupun on) yang semakin berkurang, karena jelas tidak ada yang mau mendengarkan penyanyi yang kehabisan suara, tidak ada stasiun televisi yang mau menampilkan penyanyi yang tidak maksimal.

Jumat, 04 April 2014

Apa Yang Ingin Dilihat dari Film Noah?

Entah sama atau tidak dengan keyakinan saya, dimana Nabi, wali atau orang suci adalah manusia pilihan, orang-orang  yang terpilih karena sifat dan keilmuannya. Memiliki sifat yang layak untuk menjadi contoh dan tauladan bagi umatnya, serta memiliki kedalaman keilmuan tentang ajaran-ajaran yang dibawanya. Ibaratnya antara tindakan, ucapan dan keilmuannya sudah menjadi satu-kesatuan utuh didalam kesehariannya, bisa menjadi sosok ideal untuk dijadikan model oleh umat setelahnya.

Saya sendiri belum melihat filmnya, hanya saja pernah membaca beberapa ulasan yang mengatakan kalau Noah atau Nabi Nuh di gambarkan sebagai sosok yang penuh kekerasan dan lain sebagainya, yang jauh dari sosok yang menginspirasi atau sosok yang layak untuk dicontoh. Sekalipun sudut yang diambil adalah kisah dari kitab suci keyakinan lain, tapi harusnya garis besar penggambaran seorang tokoh yang jadi panutan tidaklah terlalu jauh berbeda.

Terlepas pro-kontra tidak lolosnya oleh LSF, membuat saya jadi bertanya-tanya apa yang kira-kira bisa dilihat dan diambil manfaat dari film Noah ini?

Apakah ingin melihat kisah inspirasi dan panutan dari seorang seorang Nabi? Kelihatannya jauh dari itu semua, penggambaran sosok Noah yang kejam dan haus darah justru tidak bisa dijadikan sosok yang bisa menginspirasi oleh umat manapun, justru menutupi sifat Nabi Nuh yang penuh kesabaran meski dicaci sebagai orang gila karena membuat kapal ditengah gurun.  

Apakah ingin melihat duel berdarah atau perang kolosal terbaru? Kalau hanya sebatas itu banyak film lain yang bisa mewakili, seperti 300: Rise of an Empire, atau Hercules: The Legend Begin, tanpa perlu membawa sosok Nabi didalamnya.

Apakah ingin melihat teknologi canggih pembuatan sebuah film? Ingin melihat dahsyatnya air bah yang datang? Ingin melihat porak-porandanya Bumi ditelan gelombang air yang maha dahsyat? Kalau hanya  sebatas itu telah ada pula film yang pernah dibuat, seperti The Day After  Tomorrow atau 2012, dll.

Apakah ingin melihat sebuah film yang menghibur? Mungkin banyak film lain yang lebih bisa dijadikan hiburan akhir pekan, film dengan tema-tema yang lain, tapi entah lagi kalau baru terhibur bila meilhat kisah-kisah plesetan dari tokoh yang menjadi panutan.

Tapi kalau anda adalah pelaku industri perfilman, aktor/aktris, sutradara, atau produsernya, mungkin memang layak untuk melihat, karena mereka bisa melihat dan belajar dari sudut pandang keprofesionalan masing-masing.
 
Buat saya pribadi, pengambaran sosok Nabi yang bisa menjadi panutan masih tetap diperlukan sebagai penyeimbang membanjirnya tokoh super hero dengan kekuatan supernya. Nabi, wali atau   para orang suci dengan segala sisi kelemahan manusiawinya, tetap mau bertindak ataupun berbuat kebaikan untuk sesama meski tanpa kekuatan super. Bisa memberi inspirasi terutama para remaja ataupun anak-anak, bahwa untuk berbuat baik, menjadi baik dan lebih baik tak harus memiliki kekuatan super, sangat bisa menjadi sosok manusia biasa yang luar biasa.