Jumat, 31 Juli 2015

Pilkada, Waspadai Calon Lawan Bayaran atau Calon Boneka

Dalam pilkada serentak kali ini, beberapa wilayah mengalami kekurangan calon sehingga ada daerah yang hanya memunculkan calon tunggal. Karena belum ada aturan yang jelas maka pemilihan daerah yang memiliki calon tunggal akan terancam memundurkan jadwal pelaksanaannya.

Ada wacana untuk mangatur dan membuat undang-undang untuk mengatasi ketiadaan lawan tersebut. Salah satu wacanannya adalah diperbolehkannya LAGI pemilihan hanya satu calon saja, atau dengan menggunakan cara lama memakai bumbung kosong untuk mengatasinya.

Tapi sungguh sangat disayangkan bila cara pemilihan kembali seperti itu, memperbolehkan calon tunggal untuk maju memimpin suatu daerah. Masyarakat tidak diberikan pilihan untuk menimbang dan membandingkan sosok pilihannya, karena hanya ada satu calon saja. Atau bisa disebut ini bukan bentuk PEMILIHAN, tapi hanya sekedar acara seremonial untuk memastikan atau mengesahkan atau melegalitaskan calon tunggal tersebut menjadi kepala daerah (memberikan kesan seolah-olah sebuah pemilihan yang demokratis).

Namun disisi lain, bila memaksakan pemilihan dengan mensyaratkan minimal dua calon, selain terancam jadwal pemilihan menjadi mundur juga akan ada bentuk kecurangan lain yang siap mengintai. 

Kecurangan yang harus diwaspadai oleh KPU adalah, akan munculnya calon bayaran atau calon boneka. Calon yang sengaja dibayar atau sengaja diseting atau sengaja dimunculkan oleh calon utama atau calon terkuat. Untuk mengakali ketiadaan calon pesaing, yang tujuan utamanya adalah jelas untuk memudahkan sang calon tunggal untuk tetap bisa maju dan memenangi pilkada tersebut.

Munculnya calon tunggal ini memang memiliki banyak faktor, salah satu alasan yang utama adalah adanya calon yang terlalu kuat, hingga siapapun pesaingnya tidak bakal ada yang bisa menandinginya. Hal ini membuat calon pesainnya harus berpikir ribuan kali untuk mencari strategi cara pemenangannya.

Hitung-hitungan inipun pada akhirnya akan sampai pada besaran dana yang akan digelontorkan sang calon pesaing. Kalau hitung-hitungan ini akan membengkak dan pada akhirnya tetap memberikan peluang yang kecil untuk menang, maka para pesaing akan tahu diri. Lebih baik mereka menunda pencalonan kali ini, untuk mencari peluang  dipemilihan lima tahun didepan.   

Salah satu solusi yang mungkin bisa dipakai untuk mengatasi hal tersebut, adalah dengan mempermudah calon independen untuk maju dalam pemilihan kepala daerah. Mempermudah, terutama dalam persyaratan administrasinya, sehingga akan memunculkan banyak calon independen yang berani untuk maju mencalonkan diri.      

Seperti nasihat bijak bang napi, kejahatan itu terjadi bukan hanya kerena ada niat tapi juga karena adanya kesempatan......waspadalah.... 


Minggu, 12 Juli 2015

Pedofil Dan Incest Akankah Disamakan Dengan LGBT?

Ditengah suka cita diakui dan dilegalkannya LGBT disejumlah negara besar, atas nama persamaan hak memperoleh tempat dan perlakuan yang sama dengan warga yang lain. Mereka bukan alien aneh yang berbeda, mereka tidak berperilaku menyimpang tapi sama alamiahnya dengan yang lainnya hanya berbeda sudut pandangnya.

Terbersit pula satu pertanyaan, lantas bagaimanakah dengan pedofil dan incest?

Karena kedua jenis sudut pandang tersebut hingga kini juga masih menjadi perdebatan, apakah bentuk kejahatan atau satu hal alamiah yang harusnya juga diberi tempat dan ruang seperti LGBT.

Bagaimana kalau pelaku (pemilik) sudut pandang ini juga menuntut hal yang sama? Akankah mereka juga akan diakui keberadaan mereka.

Karena bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti pedofil dan incest juga tidak perlu lagi memaksakan keinginan mereka, tapi dilandasi atas dasar suka sama suka sama seperti pemilik LGBT, satu hal yang dianggap alamiah.

Kalau selama ini yang tertampil diberita adalah adanya kekerasan dan pemaksaan pada pasangan mereka (anak-anak dan saudara/keturunan mereka), hingga golongan ini selalu disudutkan pada tindak kekerasan dan penyiksaan.

Maka pada suatu saat nanti akan tiba juga masanya akan ada anak-anak yang suka dengan orang yang lebih dewasa, suatu saat nanti akan ada saudara/orang tua dan anak yang saling mencintai, tanpa ada paksaan.

Bukan menjadi hal yang tidak mungkin terlebih diera jejaring sosial dan internet seperti sekarang ini. Kalau sekarang anak atau orang sedarah yang punya sudut pandang berbeda masih takut dengan keinginan mereka, namun dengan terbukanya pergaulan dan informasi di era internet seperti ini, mereka akan semakin terbuka dan mendapat tempat untuk berbagi dan berkomunikasi, serta membuat komunitas tersendiri.

Hingga pada suatu saat nanti merekapun juga akan menuntut hak yang sama, lantas akankah mereka suatu saat nanti juga akan diakui? Akankah sudut pandang mereka juga dianggap hal yang wajar dan alamiah?

Entahlah…. Waktu memang tidak akan pernah berjalan mundur, tak akan bakal bisa menghindarinya. Hanya berharap dan memohon agar seluruh keluarga dan keturunanku selalu diberi keselamatan, keselamatan untuk tidak menjadi bagian/golongan seperti mereka, serta keselamatan pula untuk tidak menjadi pembenci mereka, selalu menjadi golongan yang menempuh jalan yang lurus, amin, amin, amin……


Bagaimana Sebaiknya Muslim Menyikapi LGBT?

LGBT kini tengah marak dan semakin mendapat tempat diseluruh dunia, lantas bagaimanakah muslim menyikapi hal ini? Menentangkah atau ikut arus utama mengikutinya.

Dalam Qur’an telah jelas disebutkan umat Nabi Luth adalah contoh perwakilan dari mereka ini, dan dengan jelas pula dalam kisah tersebut Allah mengutus Nabi Luth untuk memberi peringatan pada mereka untuk tidak terus melanjutkan perbuatan mereka.

Jadi jelas ajaran Islam melarang perbuatan semacam umat Nabi Luth ini, pernikahan apalagi hanya sebatas hubungan tanpa ikatan oleh sesama jenis gender jelas juga akan terlarang pula.

Jikalau begitu tidakkah Islam akan semakin dikenal sebagai agama yang sangat tidak toleran, dimana selama beberapa tahun belakang ini tercitra sebagai agama dan umat yang sangat tidak menghargai perbedaan.

Lantas bagaimanakah sikap yang sebaiknya dilakukan?

Ada satu hal pernah menjadi renungan saya pribadi, jika kita ingin memperbaiki sesuatu entah barang atau apapun bila saat pertama kali melihatnya saja sudah menimbulkan ketidak senangan atau kebencian pada barang tersebut, maka bisa dipastikan akan semakin enggan untuk memperbaikinya. Kalaupun terpaksa memperbaikinya juga akan asal-asalan saja, hingga hasil yang diperolehpun juga semakin asal-asalan pula.

Jadi kalau kita ingin memperbaiki mental atau sikap yang tidak tepat seperti LGBT dan aneka macam kejahatan dengan penuh kebencian maka akan sama hasilnya seperti perumpamaan memperbaiki barang diatas, yang diperoleh adalah hasil yang asal-asalan pula. Tidak membuat perubahan pada sikap dan tingkah laku dari mereka, tapi  malah semakin menimbulkan kebencian dari mereka.

Boleh dan harus kita tidak menyukai perilaku mereka karena ajaran yang menjadi keyakinan kita memang mengajarkan demikian, tapi jangan lantas menjadi pembenaran untuk membenci personal dari mereka, benci perbuatannya tapi jangan pernah membenci pelakunya.

Sama halnya dengan dilarangnya kita untuk tidak memakan daging babi, atau diperintahnya kita untuk menghindari air liur anjing, namun tidak pernah ada ajaran untuk membenci babi atapun anjing sebagai “personal”. Kita memang diperintah untuk menjauhi mereka namun bukan untuk membenci mereka. Sebagaimana tugas yang dibebankan manusia (muslim) untuk menjadi khalifah dimuka bumi, menjadi pengatur segala sesuatu yang ada dalamnya. Memanfaatkannya, memilah dan memilih bukan malah menghancurkan dan merusakannya.

Namun jangan lantas pula mencari-cari pembenaran atas perilaku tersebut dengan mencari ataupun memelintir dalil-dalil, agar supaya Islam terlihat toleran. Bagaimanapun juga manusia adalah makhluk yang sangat terbatas kemampuannya, tidak bakal mampu melihat apa yang akan terjadi satu detik didepan, tidak pula bakal bisa kembali satu detik kebelakang.

Apa yang jelas terlarang pasti ada alasan dan hikmah yang terkandung didalamnya, mungkin bukan sekarang bakal diketahuinya tapi suatu saat nanti.

Menghormati keputusan mereka sebagai pribadi, tapi tidak perlu pula merubah akidah dan ajaran yang telah ada……


Rabu, 08 Juli 2015

Tumbal (Tol Cipali), Antara Mitos Dan Mistis

Pada jaman dahulu kala, sebelum tanah Jawa ini dihuni oleh puluhan juta manusia seperti ini adalah hutan belantara yang sangat angker. Dihuni makhluk astral berbagai jenis dan golongan, dan bisa diibaratkan “jalma mara jalma pati”, kalau ada manusia yang datang bisa dipastikan tidak bisa kembali lagi.

Hingga suatu saat datanglah seorang sakti mandraguna yang penuh kecerdikan dan kecerdasan, yang dengan kesaktiannya mampu mengalahkan pemimpin para makhluk tersebut. Dengan kecerdikan dan kecerdasannya bisa membuat etung lan petung (kesepakatan dan perjanjian) dengan mereka.

Akhirnya sang sakti mandraguna diperbolehkan tinggal dan beranak pinak di tanah Jawa asal sesusai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, apabila ada anak turun yang melanggar kesepakan dan perjanjian tersebut maka akan mendapat celaka dan bencana, menjadi tumbal atas pelanggaran tersebut.

Apakah benar cerita tersebut? entahlah…. Namun yang jelas pesan-pesan yang disampaikan turun temurun oleh para leluhur tersebut pastilah ada makna dan artinya.

Bagi saya makhluk astral tersebut bukanlah mitos, tapi makhluk mistis yang masih menjadi misteri keberadaannya. Antara ada tiada, ada karena Tuhan Maha Pencipta pastinya mampu menciptakan aneka jenis makhluk beserta alam lingkungannya, tiada karena keterbatasan pemahaman, ilmu dan cara melihat saya yang mungkin belum benar adanya.

Keaneka ragaman jenis makhluk tersebut harusnya tidak menjadi perbedaan, namun bisa  saling mengisi dan melengkapi. Karena bisa saja mereka tidak tinggal jauh dari lingkungan kita namun dekat berdampingan, hanya mungkin berbeda suasana alamnya.

Tapi apa mau dikata, kebutuhan manusia semakin hari semakin luar biasa saja, punya satu masih pingin dua, punya dua pingin lima, dst. Mobil atau rumah harusnya satu atau dua saja sudah cukup, tapi namanya manusia ingin lebih dan lebih lagi.  Yang akhirnya membutuhkan lebih banyak lahan untuk memenuhi kebutuhan mereka, tak pelak sawah, ladang dan hutan dijarah, menjadi korban keserakahan manusia.

Sawah, ladang dan hutan yang mungkin adalah sisa-sisa terakhir tempat hunian para makhluk astral tersebut akhirnya semakin sempit tergusur oleh tingkah polah manusia. Tempat tinggal, jalan, pasar dan tanah lapang tempat bermain anak-anak merekapun pada akhirnya tidak terisa lagi. Diganti dengan jalan tol, perumahan, dan gedung pencakar langit milik manusia.

Mungkinkah para korban di tol Cipali adalah tumbal-tumbal yang bertumbangan karena dilanggarnya perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat? Entahlah….. Karena bisa jadi mereka adalah korban amarah mereka yang sudah tidak tahan digusur dari pojok sini kepojok lainnya, dipinggirkan dan disingkirkan.

Atau perlukah dilakukan ritual pengorbanan kepala sapi, kerbau atau kambing untuk meredam amarah mereka? Entahlah…... Karena bisa jadi pula ritual pengorbanan aneka macam kepala binatang juga tidak akan mampu meredam amarah mereka. Karena hanya akan menjadi semacam ganti rugi, akal-akalan dari manusia untuk menyogok beberapa oknum diantara mereka, namun tidak bisa menggantikan sakit  hati keseluruhan dari mereka yang tergusur dan tergeser.

Tumbal mungkin bukan mitos ataupun mistis, tapi sekelumit cerita para leluhur untuk mengajak dan mengingatkan generasi setelahnya agar terus menjaga keharmonisan dan keseimbangan hubungan antara alam sekitar dan manusianya.

Sang Pembunuh Mimpi (Anak Negeri)

Tak ubah seperti tokoh Freddy Krueger dalam film horor A Nightmare on Elm Street, yang menteror anak-anak dan remaja lewat dunia mimpi. Memasuki alam bawah sadar mereka, alam yang seharusnya menjadi surga anak-anak memperoleh imajinasi terliarnya.

Membuat mereka begitu ketakutan hingga tidak berani lagi tertidur apalagi bermimpi, teror yang membuat anak-anak tak punya lagi dunia impian mereka, dunia mimpi yang membebaskan mereka dari segala bentuk belenggu dan batasan.

Mereka membunuh mimpi anak negerinya sendiri,  yang ingin membebaskan negaranya dari lingkaran setan korupsi beserta turunannya, dengan sedikit demi sedikit memreteli kaki tangan mereka saat tengah asyik dalam mimpi mereka. Membunuh pula mimpi anak negeri yang ingin memiliki mobil hemat energi, mobil berteknologi yang kelak akan menjadi kendaraan masa depan bukan hanya menjadi kendaraan pencitraan.

Semua ini bukan tentang mengejar 50 tahun ketinggalan jarak pembangunan dari Malaysia dan Singapura, tapi tentang mimpi melampaui mereka hingga 100 sampai 200 tahun didepan mereka. Ini tentang teknologi masa depan yang mungkin suatu saat nanti akan membuat para tetangga mengemis-ngemis pada negeri ini.

Tentang teknologi memperoleh energi yang bisa terbarukan, mobil listrik hanyalah awalan. Awal merubah energi listrik menjadi kecepatan yang nanti pada akhirnya menuju pada pemikiran bagaimana mendapatkan sumber energinya secara berlimpah-ruah.

Mobil listrik hanyalah proposal untuk menunjukkan dan membukakan mata bahwa tenaga listrik bisa menjadi tulang punggung alat transportasi yang suatu saat kelak akan menggantikan alat transportasi bertenaga fosil.

Mereka adalah anak negeri yang bisa melihat potensi, negara katulistiwa terpanjang yang dilintasi Matahari, negeri kepulauan yang memiliki pantai terpanjang dan laut terluas diseluruh dunia.

Anak-anak yang bermimpi merubah potensi Matahari menjadi energi, merubah gelombang laut menjadi energi, ingin merubah perbedaan temperatur dipermukaan dan  dikedalaman laut menjadi energi, merubah angin menjadi energi dan lain sebagainya.

Namun kuku tajam dan tangan-tangan kejam Freddy Krueger telah membuat mereka kembali tersadar, bergegas bangun dari mimpi indah mereka dan berusaha untuk terus tetap terjaga dan berharap tidak pernah bermimpi bertemu lagi dengan sang pembunuh.  


Rabu, 01 Juli 2015

Yang Berbeda di X Factor Indonesia Jilid Dua



Bila dibanding dengan XFI sesi pertama, sesi ke dua ini terasa ada beberapa perbedaan, terutama pada komposisi peserta dimasing-masing kategori.

Kalau dahulu untuk kategori girls, terlihat perbedaan yang jelas type dan warna suaranya. Ada Shena yang beraliran jazz, Yohana yang punya power dan nada tinggi, Fatin yang berkarakter kuat dan unik.
Kategori boys, dulu ada Mika berkarakter, Dicky yang suara dan penampilannya unik, Gede bersuara lembut. Ditambah untuk group dulu ada NUDI gerombolan cowok-cowok keren idola remaja putri, para mahasiswi plus ibu muda.

Sementara di sesi ke dua ini kategori girls sepertinya memiliki karakter yang hampir sama, Ismi, Riska, Ajeng, yang mungkin agak berbeda adalah Clarisa. Begitu  pula untuk kategori boys juga terlihat hampir sama rata.

Yang mungkin ada variasianya hanya kategori over age, di sesi kedua ini ada Desy sama seperti Novita, Angela unik, Sule rocker berpengalaman. Hampir sama dengan sesi pertama dulu, ada Isa yang sangat atraktif, Agus suaranya laki banget, Alex bisa melengking tinggi, dan Novita paket komplet seorang diva.

Kelihatannya para juri lebih berhati-hati memilah dan memilih pesertanya, semacam tidak mau ambil resiko. Mereka mungkin tidak mau ambil resiko memasukkan peserta amatir semacam Fatin, penampilannya beresiko naik turun bahkan terjadi insiden lupa lirik segala.

Tapi bukankah ini XFactor yang mencari penyanyi dengan faktor x, kenapa mesti mengikuti standar ajang pencaria bakat lain. Kenapa mesti mencari peserta yang punya skill, atau punya pengalaman bernyanyi yang bagus. Kenapa tidak ditabrak saja aturan mainnya, mencari peserta dengan aneka karakter, aneka aliran musik, aneka gaya penyanyinya, dll.

Misalnya bisa saja seperti Boby Berliandika atau Julia Martinez dimasukkan, atau kalau perlu pada kategori girls dimasukkan peserta bergenre rock (kan jarang remaja putrid nge-rock). Orang mungkin malah bertambah penasaran dengan perkembangan atau perubahan mereka selama di galashow.

Toh pada akhirnya bukan hanya skill saja yang akan berbicara, tapi juga nasib, peruntungan, dan takdir (baca faktor x) turut menentukan peruntungan seseorang.