Senin, 31 Maret 2014

Menguji Sang Nafsu (ke-aku-an)



Di artikel sebelumnya saya menulis tentang caci dan puji yang seharusnya bisa diterima sama,  dan memang bukan hal mudah, penulis sendiripun belum bisa nglakoni-nya (masih sebatas anggota nato). Dari mana saya tahu kalau saya sendiri masih cuma omong doang, atau mungkin  sudah ada yang bisa nglakoni-nya tapi masih ragu-ragu kebenarannya. Ada cara mudah untuk mengetahuinya, apakah masih sekedar ucapan saja atau sudah sampai pada pengamalan atau praktek.



Cobalah dengan menjalankan ibadah sholat seperti gambar diatas, ditengah keramain dan kerumunan orang banyak. Atau cobalah bersedekah atau memberi sumbangan dalam jumlah yang besar (di atas sejutaan), dan lakukan itu dengan cara yang terbuka atau diketahui orang banyak.

Kemudian rasakan betul-betul apa yang terlintas di dalam hati dan pikiran saat melakukan hal tersebut, banggakah, senangkah, hebatkah, malukah, sungkankah, segankah? Bila perasaan-perasaan seperti itu salah satunya masih terlintas dalam hati atau pikiran berarti belum ada keridhoan ataupun keikhlasan, berarti masih sampai pada tahap di ucapan saja.

Tak berlebihan bila dikatakan, menuntut ilmu itu dari ayunan hingga ke liang lahat, sepanjang waktu adalah ajang untuk pembelajaran dan penyempurnaan diri. Belajar untuk menjadi manusia yang sempurna, menjadi makhluk yang sadar akan sifat ke-lumpur-annya (tempat salah dan dosa) sekaligus sadar sebagai makhluk mulia karena di anugerahi nafas cinta-Nya.


Sabtu, 29 Maret 2014

Fatin dan Musik Rock

Babak spektakuler ke 6 Indonesian Idol beberapa waktu lalu mengusung tema musik rock, dan seperti tulisan saya sebelumnya bahwa tidak semua penyanyi bisa enak atau bagus di semua genre musik. Hasilnya banyak peserta yang gagal memberikan performa terbaiknya, bahkan yang beraliran rock-pun justru seperti mencapai anti klimaksnya di babak spektakuler kemarin.

Dan lagi-lagi bayang-bayang ajang XFactor-pun kembali muncul dan datang menghantui, mengingatkan kembali penampilan Fatin saat membawakan lagu-lagu rock di ajang tersebut. Seperti saat membawakan lagu Don’t Speak-nya No Doubt, One Way or Another-nya Blondi, atau Pelan-pelan Saja-nya Kotak.

Di lagu don’t speak beberapa juri menilai masih kurang powernya, tapi komen penikmatnya di youtube banyak yang lebih suka dengan versinya Fatin ini. Lagu ini dibawakan di gala ke 4 ajang XFactor kurang-lebih baru sebulan setelah resmi jadi penyanyi yang memperoleh latihan vokal (solo) secara resmi.


Di penampilan berikutnya menyanyikan lagunya Blondi yang One Way or Another (gala show 11) dan dibawakan dengan bagus, mendapat komentar positif dari semua juri bahkan Anggun mengatakan powerfull tapi tetap imut serta menambahi kalau suara seraknya Fatin itu punya warna tersendiri (bukan sengaja diserak-in).   


Membawakan pula lagu Pelan-pelan Saja milik Kotak dengan aransemen berbeda dari versi aslinya, namun justru berhasil keluar dari bayangan penyanyi aslinya, bahkan Tantri sendiri memberi selamat melalui kicauan di twetter.


Ada pula cover versi Fatin untuk lagu Paris Ooh La La melalui media soundcloud


Satu hal lagi yang bisa dicatat dan digaris bawahi dari Fatin, suarannya tidak wow tapi bisa menjadikan sebuah lagu menjadi enak bin nikmat untuk didengar (terutama buat penikmat seperti saya).

Jumat, 28 Maret 2014

Bon Jovi, Fatin SL dan De Virzha

Keinginan melihat Fatin membawakan lagu-lagunya Bon Jovi saat di XFactor gagal terwujud, tapi kini muncul lagi setelah melihat penampilan Virzha yang begaya rock 90an. Jadi ingin melihat Fatin dan Virzha duet membawakan lagunya Bon Jovi di ajang Idol, Virzha yang mantab dengan lagu-lagu rock dan Fatin yang cocok kalau mengcover lagu-lagu cowok kayaknya akan jadi duet yang pas.
Cuma yang agak meragukan apa bisa Fatin membawakan lagu Rock yang powerfull dan melengking? Tenang saja, ada albumnya Bon Jovi yang berjudul This Left Feels Right, di album ini ada 12 lagu hits Bon Jovi yang sudah di aransemen ulang. Lagu-lagu semacam Wanted Dead or Live, Bad Medicine, You Give Love A Bad Name, Bed Of Roses, Always, dll, terdengar berbeda dengan versi aslinya yang gahar dan membahana.
Lagu-lagu di album ini menjadi lebih kalem namun tetap terdengar enak di telinga, meskipun hampir berbeda 180 derajat versi aslinya. Bon Jovi berhasil menahan naluri rocker-nya, tidak ada lagi lengkingan ataupun teriakan sangar yang terdengar. Bagi yang baru pertama mendengarnya tentu tidak akan menyangka ini adalah lagu rock era 90-an.
Coba simak lagu Livin’ On A Prayer yang kebetulan sudah di aransemen duet dengan Olivia d’Abo, cocok bila dibawakan Fatin dan Virzha.


Bandingkan dengan versi asli dari Livin’ On A Prayer

http://www.youtube.com/watch?v=lDK9QqIzhwk
 
Simak juga link Wanted Dead or Alive dibawah, dan semua lagu-lagu di album ini bila di cover Fatin suatu saat nanti kayaknya semakin sedap, ngarep dot com.
 

Minggu, 23 Maret 2014

Di Paido Ora Nglokro Di Elém Ora Marém

Di caci/bully tidak menjadi patah semangat dan di puji tidak lantas menjadi senang, itulah terjemahan bebas dari judul artikel diatas. Lebih gampang menuliskannya dibanding menjalaninya, kebanyakan orang pasti akan terpengaruh baik saat di caci ataupun di puji. Sedikit banyak akan mengalami perubahan suasana hati, perubahan ekspresi wajah hingga perubahan emosi.

Kebanyakan saat di caci akan marah, tersinggung dan tidak bisa menerima, sementara saat dipuji akan merasa senang, bahagia, dan penuh suka cita. Entah karena sudah menjadi sifat dasar manusia seperti itu atau karena sebab lain, seperti latar belakang, lingkungan, pendidikan atau kultur budayanya. Memang bukan hal yang mudah untuk bisa menerima dua hal tersebut tanpa terpengaruh sama sekali, mungkin di butuhkan latihan sepanjang hidup untuk bisa mencapainya.

Pencapaian seperti itu bisa di ibaratkan seperti memiliki hati seluas samudra, karena saking luasnya hingga bisa menampung dan mewadahi apa saja yang masuk kedalamnya. Tak merubah atau mempengaruhi lagi warna, bau dan rasa air laut tersebut. Begitu juda dengan hati yang lapang bisa menampung cacian dan pujian sama baiknya, hatinya tetap tenang tak lagi mempengaruhi suasana hatinya.

Keduanya diterima sebagai anugrah dari Tuhan, sama-sama sebagai ajang pembelajaran untuk menjinakkan bahkan mematikan semua nafsu/keakuan-nya. Mengasah jiwanya supaya menjadi murni kembali seperti awal mulanya, dan menjadi jiwa-jiwa yang tenang dan tak terpengaruh keadaan. Kembali menjadi jiwa yang ridho dan di ridhoi.....