Di caci/bully tidak menjadi patah
semangat dan di puji tidak lantas menjadi senang, itulah terjemahan bebas dari
judul artikel diatas. Lebih gampang menuliskannya dibanding menjalaninya, kebanyakan
orang pasti akan terpengaruh baik saat di caci ataupun di puji. Sedikit banyak
akan mengalami perubahan suasana hati, perubahan ekspresi wajah hingga
perubahan emosi.
Kebanyakan saat di caci akan
marah, tersinggung dan tidak bisa menerima, sementara saat dipuji akan merasa senang,
bahagia, dan penuh suka cita. Entah karena sudah menjadi sifat dasar manusia
seperti itu atau karena sebab lain, seperti latar belakang, lingkungan,
pendidikan atau kultur budayanya. Memang bukan hal yang mudah untuk bisa
menerima dua hal tersebut tanpa terpengaruh sama sekali, mungkin di butuhkan
latihan sepanjang hidup untuk bisa mencapainya.
Pencapaian seperti itu bisa di
ibaratkan seperti memiliki hati seluas samudra, karena saking luasnya hingga
bisa menampung dan mewadahi apa saja yang masuk kedalamnya. Tak merubah atau
mempengaruhi lagi warna, bau dan rasa air laut tersebut. Begitu juda dengan hati
yang lapang bisa menampung cacian dan pujian sama baiknya, hatinya tetap tenang
tak lagi mempengaruhi suasana hatinya.
Keduanya diterima sebagai anugrah dari Tuhan, sama-sama
sebagai ajang pembelajaran untuk menjinakkan bahkan mematikan semua nafsu/keakuan-nya. Mengasah jiwanya supaya
menjadi murni kembali seperti awal mulanya, dan menjadi jiwa-jiwa yang tenang
dan tak terpengaruh keadaan. Kembali menjadi jiwa yang ridho dan di ridhoi.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar