Sabtu, 11 Januari 2014

[Muslim] Doa Dan Ibadah Bisa Menjadi Syirik?

Tauhid adalah ajaran yang paling ditekankan pada setiap muslim, yang secara umum bisa diartikan tidak ada yang memiliki kekuasaan mutlak selain Allah atau secara khusus bisa diartikan tidak mengakui adanya Tuhan selain Allah semata.

Sementara syirik adalah menduakan Allah (menganggap ada yang memiliki kekuasan atau kekuatan pengatur selain Allah) atau menyekutukan Allah (menganggap ada sesuatu yang bisa membantu selain Allah).

Praktik atau contoh yang paling mudah dilihat adalah seperti percaya pada kekuatan jimat, pusaka, dll. Percaya bahwa benda-benda tersebut bisa memberi pertolongan, memberi kekuatan atau memberi kemudahan memperoleh rejeki.

Yang agak samar adalah seperti ketika seseorang berobat ke dokter ataupun terapis, manakala memperoleh kesembuhan yang lebih diakui adalah keampuhan dari obat yang diberikan oleh dokter atau terapis tersebut. Meyakini bahwa obatnyalah yang membuat seseorang menjadi sembuh, seharusnya obat hanyalah sarana atau jalan untuk memperoleh kesembuhan, yang sebenar-benarnya penyembuh adalah Allah.

Yang halus adalah pada saat berdoa dan beribadah, menganggap doa yang dipanjatkan dan ibadah yang dikerjakan adalah kunci suksesnya selama ini. Berharap doa dan ibadahnya bisa membuat semuanya menjadi lancar, secara samar hal itu telah mengharap kepada kekuatan dari doa-doa tersebut.


Dan banyak lagi semakin lama akan semakin halus dan samar, maka tidak berlebihan bila jalan yang lurus itu diibaratkan seperti rambut yang di belah tujuh. Sulit sekali saat melewatinya karena begitu mudah tergelincir, terpeleset dan jatuh, tanpa sadar sudah menyimpang dari nilai-nilai ketauhidan itu sendiri.

Minggu, 05 Januari 2014

Menjadikan Sholat dan Sabar Sebagai Penolong?

Apa tidak salah? Bukankah seharusnya hanya Allah semata yang benar-benar dijadikan penolong. Bukankah itu bisa diartikan meminta pertolongan kepada selain Allah? Tidakkah bertentangan dengan ajaran tauhid dalam Islam? Bagaimana mungkin ajaran yang mengajak untuk selalu  memohon kepada yang Maha Tunggal, malah menyiratkan nilai-nilai ke-syirik-an. Mengakui adanya kekuatan lain yang bisa menolong makhuk, mengakui ada kekuasaan lain yang bisa dijadikan tempat untuk bersandar.

Tapi, kata memang mempunyai banyak makna, kalimat mempunyai beribu arti, butuh perenungan yang terkadang harus keluar dari kerangka yang sudah ada untuk bisa melihat sudut pandang yang berbeda. Dan, setelah membaca serta banyak mendegar keterangan dari para sesepuh, akhirnya inilah sedikit yang bisa saya bagi dan pahami dari ayat tersebut (QS: 2:153)*.

Menurut saya, yang dimaksud sabar disini adalah kesabaran dalam menjalankan sholat, karena harus dikerjakan secara runut dari awal hingga akhir. Gerakan-gerakan yang dilakukan harus dikerjakan satu demi satu sesuai tahapan. Tidak boleh melompat-lompat, tidak bisa dari takbiratul ihram langsung ke salam.

Tidak ubahnya seperti perjalan manusia selama melakoni hidup di dunia, ada sunatulah (hukum alam) yang mengikatnya, memaksa manusia untuk menjalaninya detik demi detik (dengan sabar). Tidak bisa langsung lompat ke masa depan ataupun mundur lagi kebelakang, ada aturan main yang harus dipatuhi (dengan terpaksa ataupun sukarela).

Tidak pula hanya berdiri saja sepanjang sholat atau duduk terus sepanjang bacaan dilafadzkan. Karena didalam sholat ada gerakan yang tidak tetap, berdiri, ruku’, duduk dan sujud yang dilakukan secara berulang ada yang dua, tiga atau empat kali pengulangan (baca: raka’at). Ibaratnya seperti gerak perubahan pada kondisi manusia, suatu saat berada diposisi diatas seperti saat berdiri, atau tersungkur rata dengan tanah seperti saat sujud, atau berada pada posisi yang nyaman seperti saat duduk atau posisi yang tidak enak (nanggung) seperti saat ruku’.

Ada proses latihan selama 5-10 menit menjalankan sholat, latihan untuk selalu ingat kepada Allah melalui bacaan pilihan. Apabila dalam keadaan berubah-ubah seperti berdiri, duduk maupun sujud selalu ingat Allah, maka saat menjalani kehidupan sehari-hari yang terus berubah akan terbiasa mengingat Allah. Saat mengalami kondisi yang tidak tetap, susah atau senang, disanjung atau direndahkan, dipuji atau dicaci, akan menjadi terbiasa untuk selalu bersandar kepada Allah semata. 

Bila selama 5-10 menit tersebut yang teringat adalah cicilan yang belum terbayar, pekerjaan yang belum selesai, bos yang marah-marah, artikel yang perlu di edit, komentar yang belum dibalas, dll. Jangan berharap banyak saat menjalani kesehariannya akan selalu ingat dan bersandar kepada Allah.

Jadi bukannya bersabar ataupun sholat itu sendiri yang bisa menolong seseorang keluar dari kesusahan atau kegelisahan. Tidak bisa menjadi pembenaran bila tertimpa bencana, kemudian baru berusaha menyabarkan diri, mengerjakan sholat dan kemudian berharap semua masalah menjadi hilang.

Tapi kesabaran selama menjalankan sholat yang terus-menerus seperti itu yang bisa membuat seseorang memperoleh pertolongan dari Allah, berupa anugrah jiwa yang tenang dalam menghadapi setiap perubahan dalam kehidupan. Kembali lagi pada inti ajarannya bahwa hanya Allah-lah penolong yang sesungguhnya, bukan pada sabar ataupun sholatnya.

* (QS: 2:153), “Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Antara Mimpi dan Terjaga (Mana Yang Lebih Nyata)?

Hampir semua orang pernah mengalami mimpi bahkan pernah mengalami mimpi didalam mimpi. Kebanyakan baru menyadari bahwa dirinya berada di alam mimpi bila sudah terbangun, saat benar-benar “terjaga” baru sadar bahwa apa yang dialaminya tadi hanyalah sebuah mimpi, dan berkesimpulan bahwa apa yang dialaminya tadi bukan suatu kejadian yang dianggap nyata.

Saat bermimpi tidak banyak yang menyadari bahwa dirinya sedang bermimpi dan berada di alam mimpi. Ketika bermimpi ada harimau yang akan menerkamnya, tidak banyak yang sadar dan kemudian berkata “ah, ini kan cuma mimpi”, kemudian membiarkan harimau itu menerkamnya (toh ini kan sedang bermimpi, bukan harimau yang nyata). Kebanyakan orang pasti cepat-cepat melarikan diri sejauh mungkin dari harimau tersebut.

Baik saat bermimpi didalam mimpi (mimpi kedua) atau saat bermimpi tunggal (mimpi pertama) akan merasakan hal yang sama. Saat bermimpi (berada di alam mimpi) apa yang dialaminya tersebut adalah sesuatu yang dianggap nyata. Disana ada ruang dan waktu yang serupa tapi tidak sama, ada bumi, langit, bahkan alam semesta, ketika dikejar harimaupun yang terasakan adalah sesuatu yang benar-benar nyata. Ketika berjalan mendaki yang terasakan adalah langkah berat seperti ada tarikan gravitasi, ketika bermimpi jadi astronom-pun seseorang akan bisa melihat dengan jelas bintang-bintang melalui teleskop yang dimilikinya.

Jelas sekali saat seseorang bermimpi tak ada yang meragukan bahkan mempertanyakan, bahwa apa yang dialaminya (saat bermimpi) hanyalah sebuah alam yang tidak nyata. Perjalanannya selama di alam mimpi dianggap sebuah perjalan yang benar adanya dan nyata, baru bisa menyimpulkan bahwa apa yang dialaminya adalah sebuah mimpi bila orang tersebut sudah terbangun.

Yang menarik untuk dipertanyakan adalah, benarkah alam mimpi itu alam yang tidak nyata? Tidakkah suatu kemungkinan bahwa antara mimpi didalam mimpi, mimpi tunggal dan terjaga, adalah sama-sama alam nyata dan dialami oleh “sesuatu” yang sama namun dengan ruang dan waktu berbeda?

Atau benarkah alam yang kelihatan nyata saat ini adalah alam yang benar-benar se-nyata seperti yang terlihat? Tidakkah suatu kemungkinan, bahwa alam nyata yang dialami dan dijalani saat ini adalah alam mimpi juga (baca: tidak nyata)?

Tidakkah suatu kemungkinan bahwa apa yang disebut terjaga saat ini (baca: hidup) hanyalah sebuah ruang dan waktu yang lain, dan suatu saat akan dibuat terjaga (baca: dimatikan di alam ini), untuk dibangunkan didalam ruang dan waktu yang berbeda lagi (baca: alam lain)? Dan pada saat itu (bangun/hidup lagi) baru menyadari dan menyimpulkan bahwa apa yang dialaminya saat ini (sesuatu yang selalu dianggapnya “terjaga”) ternyata hanyalah sebuah mimpi.

(Diciptakan vs Mencipta Sendiri) Misteri Sebuah Artikel

Pembuka:

Di sebuah ruangan, layar komputer tengah menyala menampilkan sebuah artikel di kompasiana, seseorang yang kebetulan masuk kemudian membacanya. Setelah membaca, mengamati keadaan sekitarnya timbulah suatu pertanyaan, bagaimana sebuah tulisan yang berupa artikel itu bisa muncul di Kompasiana? Dia kemudian berhasil membuat beberapa analisa dan kemungkinan, kemudian meyederhanakannya mejadi dua kemungkinan…..

Pertama diciptakan:

Memang ada “sesuatu” yang sengaja membuat tulisan tersebut? Di suatu tempat ada “sesuatu” dengan sengaja menjalankan sistem operasi Windows dikomputernya, mejalankan program MS Word-nya, menuliskannya, membuat account dan kemudian mempublish-nya di Kompasiana. Sebuah kemungkinan yang sederhana, sesederhana ketika menuliskan….

Bedjo Slamet

Kedua mencipta sendiri:

Pada suatu waktu, setahun, sepuluh, atau seratus tahun lalu sebuah komputer tengah ditinggalkan dalam keadaan menyala, hanya sekedar menyala tak lebih tak kurang (belum ada sistem operasi yang ada didalamnya). Kondisinya tak berubah tetap seperti itu, hingga suatu saat dan suatu waktu secara kebetulan aliran listriknya tak stabil. Tenggangannya menurun dan menaik secara drastis menimbulkan kejutan listrik pada komputer, kejutan sepersekian detik itu ternyata secara kebetulan berdampak sangat besar bagi komputer itu.

Perlahan-lahan bahasa sederhana yang digunakan untuk menyalakan komputer tersebut (bahasa biner) mulai mengalami reaksi berantai. Perlahan namun pasti mulai membentuk sebuah sitem operasi sederhana (sistem operasi DOS), dari sistem operasi sederhana (DOS), seiring berjalannya waktu secara perlahan-lahan tercipta program sederhana untuk menulis bernama WS-7. Kemudian sistem DOS secarakebetulan perlahan-lahan mengalami evolusi menjadi Windows, karena lingkungannya berubah program WS-7pun juga menyesuaikan dan mengalami perubahan menjadi MS Word.

Dari program MS Word tersebut komputer secara kebetulan dan acak mulai membuat sebuah titik, tergabung membentuk sebuah huruf, tersusun menjadi sebuah kata, terangkai menjadi sebuah kalimat, dan tercipta menjadi sebuah artikel. Dan lagi-lagi secara kebetulan sistem operasi cerdasnya membuat account kemudian mem-publishnya di Kompasiana.

Sebuah kemungkinan lain yang benar-benar rumit dan butuh banyak kemungkinan rumit lain (bahkan nyaris dibutuhkan banyak sekali kebetulan dan keberuntungan) untuk bisa menjadi sebuah huruf, kata, kalimat, paragraf, artikel dan kemudian bisa publish sendiri di Kompasiana. Serumit kemungkinan munculnya tulisan………

……
Ssssssssssss
Bbbbbbbbbbbb
Dddddddddddddddd
ddddddddddddbbbbbbbbsssssssssssssssss
Dddddbdddbbbjjjjjjjjjjjjjjoooooolllltttmmmmaaaassssssss
Dddddddjjjjjjjjaaaasssssssstttttmmmmmmmmeeeeeebbbbbbbb
Sssssbbbbbbbeeeeeeeeddddddddjjjjmmmmmmmmeeeeeeetttttttt
Sssssssssssllllllllllllllllllllooooooooooooobbbbbbbbbjjjjjjjjjjjjjjeeeeeeeeeee
Sssssssssllllllllllllllaaaaaammmmmmddddddddjjjjjjjjjjjjjoooooooooottttttttttttt
Sssssssslllllllllllllllllaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmoooooooodddddddddd
Sssssssssslllllllllllllllllllllllllaaaaaammmeeeeeetttttbbbbbbboooodddddjjjjjjaaaaa
Sssssllllllllaaaaammmmmeeeeeetttttttttttttttttttttbbbbbbbbeeeeedddddjjjjjoooooo
Bbbbbbooooooddddddjjjjjjjjjjjaaaaaassssssssslllllllleeeeemmmmmmaaaaatttttttt
Bbbboooodddddjjjjjeeeeeessssssssslllllllllllaaaaammmmmmaaaaaaaaaaaatttttttt
Bbbbbboooodddddddjjjjjjoooooooosssssssllllllllllaaaaaaammmmmmmeeeeeettttttt
Bbbbbbbbbeeeeeeeeddddddjjjjjjooooooossssssssllllllllaaaaaammmmaaaaaddddd
dst………. (hingga jutaan kemungkinan)
Bbbbbbbbbeeeeedddddjjjjjooooossssslllllaaaaammmmmeeeeettttt
Bbbbeeeeddddjjjjoooossssllllaaaammmmeeeetttt
Bbbeeedddjjjooossslllaaammmeeettt
Bbeeddjjoossllaammeett
Bedjoslamet
Bedjo Slamet

Sabtu, 04 Januari 2014

Renungan Idul Adha


Ketika Adam AS dan Hawa AS diperintahkan untuk tidak mendekati dan memakan buah terlarang mustahil bagi Tuhan Yang Maha Pencipta untuk tidak tahu apa yang akan terjadi. Begitu juga ketika memerintahkan nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan putranya Ismail AS mustahil bagi Tuhan untuk tidak tahu seberapa besar keimanan nabi-nabinya.

Kisah para nabi ini hanyalah sarana bagi Tuhan untuk mengajari makhluknya agar belajar dan menauladani sifat serta sikap para nabi saat kejadian serupa menimpanya. Bila pada nabi Adam AS, umat setelahnya diajak untuk belajar menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia (tempat salah dan dosa), agar semua makhluknya tidak lupa bahwa Tuhan-lah yang Maha Sempurna, Maha Pengampun dan Maha Pemaaf.

Sedangkan pada Nabi Ibrahim AS, selain belajar arti sebuah ketaatan dan kepatuhan juga belajar bahwa tidak ada yang patut dicinta dan dipuja selain Tuhan Semesta Alam. Anak semata wayang yang sekian lama di idamkan kehadirannya jelas menjadi suatu yang paling berharga dan patut dicinta dengan sepenuhnya. Tak ingin makhluknya terlena dengan keindahan dunia, terlampau mencintai  dan berkeingginan untuk menggenggamnya maka diperintahlah  Nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan putranya.

Bukan hanya dalam arti akan makna kehilangan putranya, tapi yang terpenting adalah kesadaran dan kemauan Nabi Ibrahim AS untuk membunuh rasa cintanya kepada sang anak untuk dipersembahkan hanya pada Tuhan Yang Maha Sempurna. Maka bersediakah kita membunuh rasa terlalu cinta kepada selain-Nya, membunuh rasa terlalu cinta akan harta, membunuh rasa terlalu cinta akan jabatan, atau bahkan mungkin membunuh rasa terlalu cinta pada keluarga untuk dipersembahkan pada-Nya?

Karena mungkin hanya dengan jalan mencintai-Nya secara sungguh-sungguh, maka kita bisa menemukan arti cinta yang sebenarnya, mencintai keluarga, sesama, dunia ataupun harta sesuai dengan tempatnya.