Minggu, 15 November 2015

Hanya Copas, ingin berbagi……


Hati-hati mempelajari ilmu hakikat dan makrifat. ilmu ini memang sekarang tergolong langka, jarang sekali ada seorang guru yang mau mengajarkan ilmu ini kepada khalayak umum. Selain juga sedikit orang yang memiliki kelebihan ilmu ini, saking langkanya ilmu ini maka banyak orang mencari dan akhirnya tersesat.

Semula mengira bahwa ia akan mengajarkan ilmu hakikat makrifat ternyata mengajarkan yang bukan itu dan bahkan mengajarkan kesyirikan. Buku-buku yang membahas ilmu tersebut memang sudah banyak beredar namun hal itu tidak dapat digunakan untuk pegangan dalam mempelajari ilmu ini. Ilmu ini adalah wilayah pengalaman, sehingga harus diajarkan oleh seorang guru yang memiliki pengalaman tentang hal tersebut, jadi hati hati lah…

Mempelajari ilmu ini….cek dan ricek lah untuk memilih guru, kyai, syech..dst, kalau perlu test guru tersebut benar benar sudah makrifat tidak atau hanya sekedar berilmu saja belum mengamalkan. kadang orang terkesan dengan kehebatan atau kesaktian yang dimiliki guru tersebut, dikiranya kesaktian dan kehebatan itu tanda bahwa dia oarag suci.

kita malah justru hati-hati dengan seorang guru yang sering menceritakan kehebatan-kehebatannya, bisa inilah bisa itulah, ketemu sama inilah ketemu sama itulah. Guru yang demikian berarti ilmunya, ketauhidannya belum sempurna karena masih ada aku, istilahnya belum zero mind.

Guru yang benar-benar sakti adalah guru yang sudah tidak mengunggulkan keakuannya, karena makrifatnya dengan Allah. Bagaimana Guru tersebut mau mengajarkan ilmu makrifat? sedangkan dia sendiri tidak mengamalkan ilmu makrifat yang dimiliki. Makrifat bukanlah sekedar ilmu namun suatu perbuatan atau tindakan yaitu suatu kesadaran dengan sebenar benar sadar bahwa tidak ada tuhan selain Allah.

Bila anda betul betul tertarik untuk mempelajari ilmu yang satu ini maka kuatkan dulu syariatnya, yaitu dengan mengakui sepenuhnya bahwa apa yang disampaikan Rasulullah dalam Qur’an dan hadits adalah benar. apa yang benar itulah yang benar dan apa yang salah itu adalah salah, jangan sampai ada hati yang ngganjel terkait dengan syariat yang ada.

Setelah yakin akan syari’at yang dipegang mulailah berjalan, artinya mengamalkan dengan keihlasan.. nanti nya akan ketemu dengan hakikat dan akhirnya akan makrifat. Jadi sebenarnya Makrifat bukan ilmu namun suatu hasil amaliah, kalau makrifat di ilmukan jadinya malah membingungkan, bahkan ada yang lebih parah lagi ilmu makrifat diperdebatkan.

Orang kalau sudah makrifat sama Allah dia akan lebih banyak diam, sekali lagi makrifat adalah wilayah spiritual experience bahkan merupakan muara dari peaks experience. Wilayah pengalaman tidak untuk didiskusikan tapi untuk di alami bersama.

Seorang gurupun tidak mampu untuk memberikan kemampuan ini… hanya saja sang guru tersebut memberikan suatu metode… masalah makrifat atau tidak itu sangat tergantung dari Allah. Allah lah yang akan memperkenalkan dirinya kepada hambanya yang dikehendaki untuk memakrifati Dia. semoga kita diberi kemudahan Allah untuk mengenal NYa… Amin ya rabbal alamin.


Tambahan pribadi,

Perjalanan Reyshad Filed (musisi Inggris) yang ditulis dalam buku The Last Barrier (ada yang terjemahan Indonesia), bisa menjadi tambahan bahan bacaan.


 

Sabtu, 07 November 2015

Malas Menulis atau Malas Mempublish

Enaknya disebut malas menulis atau malas mempublish, atau sebetulnya memang murni malas menulis tapi dengan dalih malas mempublish.

Terus terang (bukan terang terus), semenjak sekolah menulis di Kompasiana urusan tulis menulis pada saat ini menjadi hal yang mudah (sombong boleh dong), meskipun hanya menghasilkan tulisan murahan dan pasaran.

Namun bila menenggok kebelakang tetang sejarah tulis-menulis dari penulis, sesungguhnya cara menulis yang menghasilkan tulisan murahan dan pasaran yang sering penulis buat hingga hari ini, merupakan pencapaian yang sungguh amat luar biasa. 

Bagaimana tidak, jaman dahulu untuk mengembangkan sebuah ide menjadi satu paragraf saja rasanya sungguh menjadi beban yang berat, butuh berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk menyelesaikannya.

Dan sekarang, dari proses memperoleh ide, mengembangkannya, menuliskannya, mengeditnya (beberapa tulisan tanpa perlu editan) hingga menayangkannya hanya butuh setengah hari saja, bahkan ada beberapa tulisan yang hanya butuh waktu 3-4 jam.

Cuma sayang ide dan tulisan yang bisa cepat tayang tersebut bukanlah jenis penulisan yang menjadi minat penulis, jenis tulisan opini politik, hiburan, atau sosial, yang memang dengan mudah menemukan idenya. Mulai dari berita, blog keroyokan macam kompasiana, hingga status di medsos bisa menjadi sumber ide yang bisa dikembangakan menjadi sebuah tulisan.

Yang menjadi minat sebenarnya dari penulis adalah filsafat (meski filsafat-filsafatan) dan juga tasawuf meski hanya sebatas dari kacamata seorang pembelajar.  

Tapi justru disinilah akar masalahnya, tulisan terutama tentang pengalaman sebagai pembelajar dan pemerhati tasawuf, ada beban tersendiri setiap akan mempublish sebuah artikel yang bertema per-tasawuf-an.

Tulisan yang biasanya saya masukkan dalam kategori uneg-uneg dan aneh-aneh, adalah bentuk renungan saya terhadap aneka pelajaran, pengajaran dari para sesepuh, sahabat dan juga dari buku-buku tasawuf.

Setiap akan menayangkan sebuah tulisan dengan tema tersebut selalu saja ada keengganan, ada saja alasan-alasan yang bersliweran, ada saja aneka penyangkalan bermunculan, namun juga selalu ada saja pembenaran yang datang kemudian.

Beraneka alasan ketika enggan menayangkan sebuah tulisan yang pada akhirnya tertutup juga oleh pembenaran, dengan dalih ingin berbagi atau ingin tulisan saya suatu saat dibaca oleh anak cucu. (Padahal aslinya adalah sebentuk nafsu yang samar, nafsu atau keinginan untuk dianggap hebat, ingin dianggap sudah nyufi, ingin dianggap makrifat, dsb).


Pemanggil Hujan (edisi belajar ngefiksi)

Di sela pepohonan gosong yang masih memancarkan panas sisa kebakaran, di salah satu sudut yang tidak begitu luas, secuil area yang masih bisa mereka selamatkan dari kobaran api yang menggila, para penghuni rimba tengah berkumpul.

Dipimpin Kura-kura tua dengan suara dalam, mencoba mengatasi hiruk pikuk dari aneka warganya.

“kita laporkan saja pada Baginda raja”, ujar Badak

“Percuma, Baginda Harimau berada jauh diseberang pulau”, kata Burung

“kita sewa pasukan negeri tetangga saja”, celetuk Monyet

“Aku nanti yang akan membiyayai”, imbuhnya pongah

“hu u u.... hu u u...”, teriakan dan gerutuan warga berbaur mejadi satu

Dahulu warga hutan termasuk monyet hanya membakar seperlunya saja, sekedar untuk bisa menanam tanaman yang menjadi kebutuhan pokok mereka. Namun Monyet tak cukup dengan rumpun pisang yang sudah dimiliki, dengan rakus membuka lahan lebih luas lagi.

“Lantas kalian mau apa”, sergah Monyet tanpa merasa bersalah

“Cukup...”,  pinta Kura-kura mencoba menengahi

“Saling menyalahkan tak akan membuat api padam di rimba kita”

“Kemarau tahun ini memang lebih panjang dari sebelumnya, mungkin hanya turunnya hujan yang bisa memadamkan kebakaran hebat ini”, kata Kura-kura

“Lantas bagaimana cara mendatangkan hujan yang memang belum musimnya?”, tanya Gajah

“Di Timur ada satu tempat dimana masih ada rawa dengan sisa-sisa air yang menggenang, di sana tinggal si Katak pemanggil hujan”

“Bawalah Katak itu kesini untuk memanggil hujan, itu satu-satunya harapan kita sebelum seluruh rimba musnah terbakar”, lanjut Kura-kura

Monyet langsung menyeringai culas, “Aku yang akan berangkat, akan kubiayai semua perjalan ini”. Dengan cepat otaknya berputar, hujan akan menyelamatkan sisa-sisa pokok pisangnya yang siap panen satu bulan lagi. 

Kura-kura dan seluruh warga mengangguk setuju.
-------------


Setelah lama berputar, dari satu rawa ke rawa yang lain, dari satu genangan air ke genangan air lainya, akhirnya bertemu juga dengan sang Katak.

“Apa yang kau inginkan?”, tanya Katak  

“Aku ingin minta pertolonganmu, berapapun biayanya akan kupenuhi”, kata Monyet

“Pertolongan apa?”, Katak minta penjelasan  

“Minta tolong memanggilkan hujan, agar kebakaran rimba kami cepat padam”, jawab Monyet

“Baiklah, aku tidak minta imbalan apapun hanya saja suaraku saat ini serak, asap telah membuat tenggorokannku mengering”, jelas Katak

“Lantas bagaimana ini?”, seru Monyet sedikit panik

“Ambilkan aku air dari lubuk di sungai sebelah Utara rawa, air disitu mengandung akar yang bisa menyembuhkan serakku dengan cepat”, kata Katak

Dengan menyusuri sungai yang mengering sampailah Monyet di lubuk yang dimaksud, tengah dijaga kawanan Buaya.

“Mau apa kau”, bentak Buaya yang kelaparan

“Ijinkan aku mengambil sedikit air di lubukmu itu”, pinta Monyet
  
“Boleh, asal kaubawakan aku daging untuk makanan wargaku terlebih dahulu”, kata Buaya

“Ada kawanan Kerbau di padang rumput atas sana, kau bisa mendapatkanya”. Tambah Buaya

Berangkatlah Monyet ke padang rumput tersebut, disana banyak Kerbau liar keleleran dan kelaparan. Padang rumput itu semakin mengering, tidak banyak lagi rumput yang bisa dimakan.

“Bisakah kuminta dagingmu wahai Kerbau, biarkan kubawa seekor Kerbau yang telah mati di pojok sana”, pinta Monyet dengan wajah memelas.

“Untuk apa kau bawa daging Kerbau, bukankah engkau pemakan buah?”, tanya Kerbau

“Untuk kupersembahkan pada Buaya agar aku bisa memperoleh air di lubuknya, air yang dibutuhkan Katak untuk memanggil hujan”, jelas si Monyet

“Baiklah, boleh kau bawa daging itu, hanya saja aku minta satu syarat, bikinkan jembatan untuk menyeberang ke padang rumput di sebelah jurang sana”.     

“Uruk jurang itu supaya kawanan kami bisa lewat tanpa harus memutar, kawanan kami banyak yang kelaparan tak bakal mampu mencapai padang rumput diseberang bila mesti berjalan memutar”, jelas Kerbau

Monyet memutar otak dan menghitung ulang, yang ia punya hanyalah pohon-pohon pisang di kebunnya yang luas. Ribuan pohon pisangnya bila dimasukkan ke jurang tersebut bisa saja menjadi jembatan seperti yang diminta Kerbau.

“Tak apa, kukorbankan dulu pohon pisang itu” batin Monyet, “biarlah amarah warga dan para tetua mereda terlebih dahulu. Bila namaku baik, musim depan  aku pasti akan diperbolehkan menanam pisang lagi.”

Maka dipanggilah kawanan Monyet, bersama-sama mereka menaruh pohon pisang dijurang hingga bisa menjadi jembatan penghubung antara padang rumput disini dan di seberang sana. Tak banyak pohon pisang yang tersisa, tinggal serumpun seperti biasa mereka dapatkan.

Jembatan pisang telah selesai, kawanan Kerbaupun satu persatu pergi menyeberang, yang mati kelaparan ditinggalkan di padang.

“Trimakasih, amblilah daging yang kau butuhkan.” kata Kerbau pada Monyet

Bergotong royong kawanan Monyet membawa bangkai Kerbau ketempat Buaya, disana Monyet mendapatkan air yang dibutuhkan Katak. 

“Katak!! ini air yang kau minta tadi” teriak Monyet di kubangan tempat Katak tinggal

Sepi, tidak ada jawaban.

“Katak!”

.......

“Katak!”

......

Kresek..... Kresek..... terdengar suara di rerumputan dekat rawa. Monyet mendekat kearah suara itu, disibak perlahan rumput yang menghalangi pandangannya.

Ada ular melingkar disana, tengah tertidur pulas dengan perut membesar.


....... 

Senin, 26 Oktober 2015

Bagaimana Rasanya Kotoran a.k.a Tai?

Membaca status teman di fb (bukan tentang artikel di Kompasiana),

[["Keyakinan Mendahului Akal"

Syarat shahnya istinja' (sesuci - cebok) itu syariatnya di nyatakan sudah suci, apabila telah hilang :

(1). Bau,
(2). Warna dan
(3). Rasa


Bau dapat di nyatakan dg indra penciuman, warnanya ('ainiyah) dapat di nyatakan dg indra penglihatan, namun "rasa" haruskah musti di rasakan terlebih dulu ... ? di sanalah domain "hakekat keyakinan" mendahului rasionalitas akal.]]

Status diatas membuat saya jadi senyum-senyum sendiri dan kemudian bertanya, “Siapa kira-kira orang yang benar-benar tau rasanya kotoran? Siapa yang pernah benar-benar pernah mencoba merasakan dan mencicipinya?”

Saya super yakin bahwa tidak banyak yang dengan sadar dan sesadar-sadarnya telah mencicipi kotoran apalagi kotorannya sendiri. Bila demikian adanya, lantas darimana saya dan juga anda semua yang belum pernah merasakannya, menjadi begitu yakin bahwa kotoran dan juga termasuk kotoran anda sendiri ada rasanya (entah enak atau tidak enak)?

Darimana datangnya keyakinan saya dan anda tersebut? Padahal belum pernah membuktikan sendiri rasanya.

Ini mengingatkan saya pada debat antara theis dan atheis, satu dengan yakin mengatakan Tuhan itu ada sementara satunya lagi bersikukuh bahwa Tuhan itu tidak ada. Meski keduanya dengan landasan argumennya masing-masing, dan dengan alat bukti yang sebenarnya sama namun ternyata membawa kesimpulan yang berbeda, yaitu alam semesta.

Kasus tersebut mirip dengan masalah kotoran diatas, antara yang yakin bahwa kotoran mempunyai rasa (entah enak atau tidak) dan yang meyakini bahwa kotoran tidak mempunyai rasa apapun. Alat bukti yang dimilikipun juga sama, yaitu dari mengamati bentuk dan baunya, tapi ternyata kesimpulan yang diambil juga menjadi berbeda.

Siapakah yang benar diantara kedua pendapat tersebut, tentunya yang berani mencoba memakan sendiri kotoran tersebut. Mereka yang benar-benar mengunyah, merasakan teksturnya dan kemudian menelannya, yang tahu dengan sebenar-benarnya (makrifat) terhadap rasa kotoran tersebut.

Meyakini adanya rasa pada kotoran tapi tidak benar-benar mencobanya sendiri mungkin hanya akan sampai pada bau dan bentuknya saja, terjebak pada keyakinan berdasarkan katanya A, katanya B, katanya C, dan seterusnya.

Sementara meyakini bahwa kotoran tidak ada rasanya samasekali namun tidak mau mencicipi sendiri, hanya berlandaskan teori-teori kemungkinan saja, juga akan terjebak hanya sebatas keyakinannya pada sebuah teori.

Sayangnya masalah Tuhan dan Ketuhanan tidak semudah merasakan kotoran, yang bisa diicip, dirasakan, dan kemudian disimpulkan.........

NB: Ternyata di Jepang kotoran ini sudah diekstrak dan diberi aneka rasa, tapi apakah sang peneliti sendiri sudah pernah mencicipi rasa murninya atau rasanya saat masih asli, penulis sendiri belum menemukan sumbernya. 



Sabtu, 24 Oktober 2015

Apakah Satire Sama Dengan Membully?

Menurut pengertiannya,


Satire adalah gaya untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironisarkasme, atau parodi.

Bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar rasagamagenderseksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.

Kalau berdasarkan pengertian diatas satire dan bullying memang tidak memiliki kesamaan. Namun bila dilihat lebih jauh lagi, ternyata antara satire dan bully itu ada benang merah yang masih bisa ditarik.

Dalam pengerian bullying diatas, disebutkan “…Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidak seimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu…”. Dan juga jika merujuk pada kalimat ini “…Tindakan penindasan (bullying) terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber..”.

Masih menurut wikipedia disebutkan juga adanya jenis bullying secara psikologis, yaitu tindakan penindasan yang menimbulkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres. selain itu juga menimbulkan kegalauan/GUSAR.

Jadi satire jika ditujukan pada seseorang hanya sekali atau dua kali saja mungkin itu memang murni berupa bentuk sindiran atau hanya sebatas parodi saja. Namun bila satire diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Yang menimbulkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres juga menimbulkan kegalauan/GUSAR, maka bukankah itu juga disebut bentuk bullying.  

Dalam urusan bullying kelihatannya satire adalah senjata yang sangat ampuh dan sadis, ibaratnya seperti peluru karet yang bisa dipantulkan kemana saja sebelum mengenai sasaran sebenarnya. Dan tidak terlalu mematikan, butuh berkali-kali tembakan supaya korban tewas mengenaskan.

Satire ini juga pas dengan jargon seleb cantik yang sering bikin heboh Syahrini,“Maju Cantik Mundur Cantik”. Kalau korban hanya diam tidak melawan maka peluru akan ditembak berulang (maju cantik), tapi kalau korban mulai marah dengan mudah mengelak, “kamunya aja yang sensi aku kan bukan lagi ngomongin kamu” (mundurpun masih tetap cantik).

Apakah satire sama dengan membully? Jelas tidak. Tapi satire bisa menjadi senjata ampuh bagi orang yang berniat dan bertujuan membully. Dan bisa terjadi dimana saja, baik di lingkungan sekolah, lingkungan kerja, atau dalam sebuah komunitas yang besar.

Sumber:




Rabu, 21 Oktober 2015

Menjadi Biru Yang Nyleneh Dan Aneh

Tidak sama biasanya selalu dikaitkan dengan keanehan atau ke-nylenehan, atau bisa dikatakan tidak seperti pada umumnya, bahkan lebih jauh bisa dituduh kurang waras.

Sejauh mana orang menganggap suatu hal menjadi nyleneh dan aneh, kembali tergantung pada sudut pandang dari orang tersebut.

Seperti misalnya dalam dunia merah dan kuning, menjadi merah saja tentu akan dipeluk oleh sesama merah, dan menjadi kuning akan digandeng oleh sesama kuning. Atau memilih menjadi jingga yang masih bisa diterima keberadaannya oleh kuning dan merah.

Ketika menjadi merah, kuning dan juga jingga, dimana warna mereka masih memiliki kesamaan dan kemiripan unsur, maka kecenderungan untuk ditoleransi oleh salah satu warna masih menjadi peluang yang besar. Keberadaannya masih dianggap tidak nyleneh dan aneh, dan masih dianggap waras-waras saja.

Lantas bagaimana jika diantara merah, kuning dan jingga tersebut tiba-tiba muncul warna biru yang tidak memiliki unsur diantara ketiganya? Apakah merah, kuning dan jingga masih menganggap biru adalah hal yang masih bisa ditoleransi keberadaanya?

Tak perlu dijelaskan, lebih enak kalau sesekali mencoba mempraktekannya sendiri, jadi biar bener-bener mantep merasakan jenak-jenak menjadi biru. Apakah merah, kuning dan jingga akan tetap bisa menerima keberbedaannya, ataukah justru malah akan menjadi musuh bersama? Selamat mencoba...



Senin, 12 Oktober 2015

Penyerapan Anggaran, Berani Karena Benar Takut Karena Salah

MUNGKIN  lho ya jadi belum tentu benar (makanya pake huruf kapital, miring, tebal dan digarisbawahi), melambatnya penyerapan anggaran terutama didaerah bahkan DKI juga, katanya disebabkan oleh ketakutan para kepala daerah menggelontorkan APBD-nya.

Ketakutan itu katanya (lagi) didasari oleh rajinya KPK mencokok pejabat korup, yang kemudian diekori oleh kejaksaan dan kepolisian biar semakin dipercaya sama rakyat (baguslah, biar koruptor musnah).

Membuat pejabat daerah malu-malu dan takut untuk mengembangkan dan membangun daerahnya. Takut dicokok dan juga malu (malu-maluin para senior kalau sampai ketangkep), jadinya ya gitu lah banyak anggaran yang belum digunakan.

Dan hasilnya bisa ditebak, melambatnya pembangunan dan juga belanja daerah, berdampak pada banyak hal. Seperti perbaikan sarana dan prasana untuk masyarakt hingga berdampak kepada pelemahan rupiah (katanya lagi).

Tak berlebihan pula jika beberapa waktu lalu anggota dewan (tidak) terhormat hendak membatasi gerak KPK untuk hanya mengurus korupsi diatas 50 Milyar saja, dan juga KPK hendaknya meminta ijin terlebih dahulu untuk melakukan penyadapan.

Kelakuan mereka ini lebih mirip seperti gerakan menyelamatkan tuyul-tuyul mereka di daerah, sebuah ketakutan parpol terhadap berkurangnya setoran dari para tuyul mereka.

Bagaimana tidak, kepala daerah sekarang inikan seperti pundi-pundi untuk partai pendukungnya, bukankah mereka itu sering disebut petugas partai, bukan petugas pelayanan masyarakat.

Kalau kepala daerah ini benar-benar tidak ada kong kalikong atau slintat-slintut (baca: korupsi) dalam setiap proyek-proyek yang mereka kerjakan, kenapa pula mesti takut dengan KPK, takut dibidik dan dicokok KPK.

Asal benar dan bersih dari unsur korupsi, tidak berniat menyisihkan receh untuk sesaji tuan dan nyonya besar, sekalipun dilaporkan oleh siapa saja termasuk oleh lawan politiknya kenapa mesti takut. Berani karena pasti berada dijalur yang benar dan takut pastilah ada udang dibalik rempeyek, ada uang di balik proyek........


Sabtu, 10 Oktober 2015

Mojok dot Co, Menikmati Rasa Berbeda Blog Keroyokan

Jalan-jalan dari blog satu ke blog lain sampailah pada blog Yusran Darmawan, disana kuketemukan petunjuk berikutnya. Sebuah peta yang menuju tempat tujuan berikutnya Mojok dot co, berhenti cukup lama disana, menikmati aneka suguhan yang lain dari biasanya.

Benar seperti yang digambarkan oleh bung Yusran dan juga sesuai dengan moto dari blog tersebut “Sedikit Nakal Banyak Akal”, menjadi ciri khas blog satu ini. Artikel berat yang dibikin ringan, penuh canda dan juga sindir menyidir.

Sindiran pada siapa saja, ya Jonru, Ust Yusuf Mansur, Ahok hingga ke presiden. Saling sentil dan senggol baik artikel ataupun akun sesama penulis disana mewarnai tiap artikel yang terbit. Seperti dalam manfaat mojok bareng, atau saling sindir saat mengulas sarjana abal-abal dan saya bukan sarjana abal-abal.

Hubungan atau keterikatan penulis bukan pada fasilitas komentar atau pemberian vote pada masing-masing artikel, tapi pada saling mepromosikan akun atau artikel penulis lain ditiap-tiap tulisan yang diterbitkan.

Di blog keroyokan satu ini komentator malah dibiarkan sesukanya, tak ada balasan dari sang empunya lapak. Habis diterbitkan, tuan rumah meninggalkannya begitu saja, terserah tamunya mau makan, tidur, atau hanya numpang buang hajat tak menjadi perhatian dari tuan rumahnya.

Mungkin disebabkan komentator ini tidak dituntut untuk registrasi resmi lewat mojok dot com, tapi bisa lewat akun apa saja baik facebook, twitter, g+, dll. Jadi penulisnyapun merasa tidak wajib untuk membalas tiap komentar yang masuk dalam artikelnya.

Dan juga tidak ada fasilitas vote, yang ada hanya tombol share lewat aneka jejaring sosial.

Kekurangannya menurut saya pribadi adalah sikap permisif dan bahkan cenderung membela para perokok. Meski saya tidak anti namun cara para penulis disana membela rokok terasa berlebihan.

Berikut syarat dan ketentuan untuk bisa menayangkan tulisan disana (saya sendiri belum mampu menulis seperti artikel disana ringan, penuh canda, satir, dll):

  • Semua tulisan dan gambar yang masuk tetap menjadi hak milik kontributor. Jika tulisan atau gambar layak muat, kami akan segera
    menghubungi yang bersangkutan.
  • Kontributor yang karyanya dimuat di Mojok.co berhak mendapatkan sejumlah uang honorarium.
  • Kontributor yang karyanya dimuat di Mojok.co boleh menerbitkan ulang karyanya di tempat atau media lain, minimal setelah satu minggu tayang diMojok.co, dengan syarat mencantumkan bahwa pernah atau pertama kali dipublikasikan di Mojok.co.
  • Jika setelah seminggu karya dikirimkan belum mendapat balasan dari kami, penulis berhak menerbitkan atau mengirimkannya ke media lain.
  • Sebelum tulisan ditayangkan, MDC berhak menyunting tulisan atau gambar kontributor.
  • Kontributor yang pertama kali mengirimkan karyanya wajib melampirkan identitas (nama lengkap, akun media sosial dan foto pribadi) dan atribusi (profil singkat).
Karya dikirimkan melalui surel ke alamat redaksi@mojok.co.

Kamis, 08 Oktober 2015

Salim Kancil, Jalan Sunyi Corong Kebenaran

Beberapa bulan yang lalu tak banyak yang kenal namamu
Beberapa bulan yang lalu tak banyak yang tahu siapa dirimu
Beberapa bulan yang lalu tak banyak yang peduli teriakanmu

Tak banyak kawan yang mengiringi
Tak banyak keluarga yang mendampingi
Tak banyak kerabat yang melindungi

Saat itu banyak yang memilih diam
Saat itu banyak yang memilih bungkam
Saat itu banyak yang memilih terpejam

Kawanmu tak peduli, karena segan
Keluargamu tak peduli, karena sungkan
Kerabatmu tak peduli, karena enggan

Di negeri ini, itulah yang terjadi
Corong kebenaran selalu berjalan sunyi
Suaramu dianggap berisik
Teriakanmu dianggap mengusik

Semoga tak terulang lagi
Nyawa jadi taruhan
Corong kebenaran berjalan sendiri
Menjadi tumbal pembeli kekuasaan

Nurani tak bisa menipu
Namamu kini bergema dijalanan
Mengenang kebenaran perjuanganmu
Engkau tlah menjadi pahlawan



Gambar: majalah detik

Rabu, 07 Oktober 2015

Laron Pudak, Penanda Musim Hujan Akan Tiba

Tadi malam gerombolan laron pudak (laron kecil-kecil) datang menyerbu rumah, datang bergerombol mengerumuni lampu teras. Mengingatkan saya pada cerita orang tua saat masih SMP atau SMA, cerita turun temurun tentang laron pudak yang membawa tanda akan datangnya musim penghujan.

Beda dengan pengetahuan ilmiah untuk memperkirakan cuaca, datangnya musim hujan dan kemarau yang didasarkan pada arah angin, terutama angin muson Barat dan muson Timur. Arah angin ini menentukan kandungan air yang terbawa oleh awan, yang berakibat pada terjadinya musim kemarau dan musim penghujan.

Sementara para leluhur jaman dahulu mengandalkannya pada ilmu niteni (menandai), menandai pergerakan alam beserta para penguninya terutama kepekaan naluri dari binatangnya.

Naluri atau insting kebinatangan (dalam arti positif) ternyata sangat peka dalam membaca keadaan yang akan terjadi beberapa hari atau beberapa bulan kedepan. Contoh yang menarik dan banyak diteliti adalah kepekaan binatang dalam mendeteksi datangnya bencana alam. Gunung meletus, gempa bumi, bahkan tsunami pun bisa dirasakan atau dibaca terlebih dahulu oleh para binatang.

Entah darimana asalnya atau bagaimana cara melatihnya, yang jelas binatang-binatang ini begitu paham cara bertahan hidup ditengah ancaman bencana alam.  

Seperti juga keluar atau munculnya laron pudak, yang oleh para leluhur dijadikan penanda datangnya musim penghujan. Para laron ini seperti tengah mempersiapkan diri menyambut datangnya musim hujan, dengan tujuan utamanya adalah mempertahankan kelangsungan hidup dari koloninya.

Musim hujan dan kemarau ini bagi sebagian binatang seperti menjadi jam biologis untuk mempersiapkan dan mempertahankan kelangsungan hidup generasi penerusnya.

Benar atau tidak, menarik untuk ditunggu satu bulan kedepan. Seandainya benar, maka sangat layak manusia tetap melestarikan kearifan lokal seperti ini. Serta tetap mejaga alam lingkungannya agar binatang-binatang hebat ini tidak punah, agar bisa terus belajar dan mengasah insting kita membaca pergerakan alam, atau paling tidak tetap bisa membaca tanda yang telah diberikan oleh para binatang ini.



Senin, 05 Oktober 2015

Blogger Dan Scammer

Scammer adalah istilah untuk pelaku penipuan dengan menggunakan media online, seperti facebook, twitter, situs perjodohan, atau situs-situs yang lainnya.

Dan dari hasil sowan ke mbah google, ternyata scammer ini dibedakan menjadi dua jenis aliran utama.

Scammer harta, penipu yang mengincar harta kekayaan korban. Banyak kisahnya yang diangkat dan dilaporkan pada pihak berwenang. Mungkin karena korban scammer jenis ini lebih mudah melaporkan juga lebih mudah menunjukkan buktinya.

Korban scammer harta dalam melaporkan tindak kejahatan yang menimpa dirinya tidak terlalu banyak beban, dan transfer uang, atau pemberian sejumlah harta kekayaan dapat dengan mudah dijadikan sebagai bukti. 

Scammer cinta, penipu yang mengincar cinta dari korbannya atau menjurus kearah tindak kejahatan asusila. Menipu korban untuk diajak berhubungan intim, meminta foto bugil dan sejenisnya, merengut kehormatan dari korbannya.

Karena yang hilang adalah kehormatannya, maka korban scammer cinta ini lebih sulit untuk melaporkan tindak kejahatan yang dialaminya, mencari buktinya pun juga akan mengalami kesulitan. Kehormatan dari abg yang keperawanannya terenggut, atau kehormatan emak-emak dari keluarga baik-baik yang menjadi korban ulah scammer bejat.    

Lantas dunia nge-blog dan bloger pengelolanya apakah juga bisa menjadi seorang scammer? Selama masih bisa berlindung dibalik topeng anonim, maka blogger juga sama seperti pengguna akun facebook, twitter, dll, bisa menciptakan kesempatan yang sama pula.

Seperti saya misalnya, yang berlindung dibalik akun abal-abal seperti ini, maka dengan mudah juga bisa mencitrakan diri menjadi seorang bijak, petuah-petuah humanis, petuah-petuah anti keributan, humoris, dll.

Padahal, dibalik semua itu bisa saja saya ini seorang scammer penghasut yang menggiring pembaca saya untuk menjadi pendendam, merusak pertemanan, memancing keributan, tukang kompor perpecahan, dll. Dibalik topeng bijak saya bersembunyi sosok dewa Ares yang haus akan peperangan.

Kejahatan scammer bisa terjadi pada siapa saja, mungkin tidak pada  diri anda, tapi bisa saja terjadi pada anak anda, keponakan anda, saudara anda, dan lain sebagainya. Maka ada baiknya selalu ingat pesan bang napi, waspadalah, waspadalah, waspadalah......


Jumat, 02 Oktober 2015

Kemana Viewer Fatin Di Yotube?

Langsung aja deh, lagi males puter-puter.

Melihat VC Fatin yang baru Away, yang hingga minggu pertama ini hanya bergerak dikisaran 100 rb. Bisa menjadi salah satu tolak ukur kegagalan dari manajemen dan juga Fatin didalamnya dalam mengemas dan juga menjual sebuah produk yang bernama suara Fatin.

Sebuah pencapaian yang jauh sekali bila dibanding dengan cara Rossa dan juga tim kreatif XFactor dalam mengemas sebuah produk yang layak untuk disajikan atau dipasarkan.

PADAHAL (pake huruf kapital), Rossa dan tim kreatif XFactor ini hanya punya waktu yang sempit, hanya di berikan waktu seminggu saja dalam mempersiapkan produknya untuk dipasarkan. Dan hebatnya lagi, mereka bisa membuat seorang yang tidak punya dasar-dasar bernyanyi yang baik diproses sedemikian rupa sehingga menjadi seorang penyanyi yang terlihat profesional, hanya dalam waktu hitungan bulan.

Sementara manajemen Fatin yang diberi lebih banyak waktu justru memperoleh hasil yang sebaliknya maka boleh tho kalau ini disebut gagal.

Jadi jangankan bersanding dengan youtube Cita-cita yang kini telah mencapai 50 juta view, atau dengan Isyana Saraswati yang dalam 2 Mingguan viewer-nya sudah mencapai 10 juta-an, bahkan dengan Ayu Ting-ting aja terlihat jauh ketinggalan.
 
Menurunnya jumlah viewer ini seperti menjadi pembenaran tulisan saya satu tahun yang lalu (Fatin Pilih Latihan Vokal Atau Ditinggal), tapi apa mau dikata kenyataan pahitnya memang seperti itu.

Suara atau vokal yang menjadi modal untuk dijual justru tidak dimaksimalkan, sebagai contoh betapa sering saya (atau bahkan mungkin juga para penikmat Fatin yang lainnya) melihat Fatin beberapa kali gagal menjadi performer yang  baik dipanggung live (televisi) yang ditonton oleh seluruh rakyat Fatinistic.

Sebuah penampilan yang sering berada jauh dibawah penampilannya saat masih berada di XFactor. Meski dengan alasan tidak ingin tampil lipsync (sebuah sikap yang layak diapresiasi empat jempol), namun sayang tidak diiringi kemauan untuk menjaga setiap performa-nya. Maka niat seperti itu ya sama saja seperti membunuh diri sendiri (membunuh kariernya sendiri).

Kalau memang berniat anti lipsync, harusnya juga diimbangi dengan persiapan yang AMAT SANGAT MATANG DAN MAKSIMAL, tak boleh hanya ala kadarnya, apalagi meremehkannya.

Kalau sekali dua kali bolehlah, orang mungkin akan memakluminya. Namun bila itu sering terjadi maka orang akan berkesimpulan (tidak lagi memaklumi), bahwa itulah suara maksimal yang dimiliki Fatin. Menjadi wajar bila kemudian banyak yang meninggalkannya atau memilih tidak setia.

Lantas apakah itu membuat saya ikut berbalik arah, ya tidaklah... saya ini termasuk pengoleksi suara yang aneh-aneh, pengemar penyanyi yang memiliki suara tidak biasa (menurut versi saya). Seperti Sheila Majid, Trie Utami, Irma June, Anggun, Reza A dan lain-lain termasuk Fatin. Jadi tetap AMS-lah, meskipun saat ini menikmatinya hanya sendirian saja......



Di Luar

Luar, di luar, keluar, dikeluarkan di luar, itulah beberapa variasi kata luar.

Luar (arti bebas), berarti tidak merupakan bagian dari sesuatu itu sendiri, atau terpisah dari sesuatu yang ada batasannya.

Di luar, berarti tidak di dalam, seperti di luar rumah, di luar kamar, di luar celana (dompetnya).

Keluar, berarti sesuatu berada di luar batasan dengan sengaja (dipaksa berada di luar) maupun tidak sengaja. (dompetnya diambil atau dompetnya terjatuh)

Dikeluarkan di luar, mengeluarkan sesuatu yang sebelumnya berada dalam dua ruang atau dua batasan dalam waktu hampir bersamaan. (dompet yang terjatuh dari celana membuat uang yang ada didalamnya berserakan).   

Luar indentik dengan kebebasan, tidak adalagi pembatasan, misalnya di luar penjara, keluar dari lilitan hutang, keluar dari sangkar, dll. Dan berada di luar membuat orang atau sesuatu terlihat lebih jelas karena tidak ada halangan yang membatasinya.

Orang yang berada di luar rumah, berarti bisa melihat bentuk rumah lebih utuh dibanding hanya melihat dari dalam. Uang yang diambil dari dalam dompet yang dikeluarkan dari dalam kantong celana, akan terlihat lebih jelas (spesifik), berapa jumlahnya, bagaimana bentuknya, dll.

Berada di luar membuat seseorang akan berubah sudut pandangnya, seekor katak ada baiknya sesekali pergi jalan-jalan keluar tempurungnya. Tapi kalaupun sudah nyaman memilih tetap berada dalam tempurung itu juga baik, karena itu merupakan satu pilihan.


Moga cara penulisannya bener....


Minggu, 13 September 2015

Harusnya Semesta Ini Tidak Tunggal (Universe), Tapi Banyak (Multiverse)


Salah satu sifat wajib yang harus dimiliki Tuhan adalah Maha Tunggal (Esa), tidak berbilang. Berkebalikan dari sifat Maha Tunggal tersebut adalah banyak, sifat yang wajib disandang oleh seluruh ciptaan-Nya. Karena Maha Tunggal adalah sifat yang hanya dimiliki Tuhan, maka semua ciptaan-Nya mesti dan harusnya bersifat jamak (multi).

Tidak berbagi, satu-satunya, tidak ada selain-Nya, dll, menjadi sifat yang hanya dimiliki Tuhan, sementara bisa dibagi, bukan satu-satunya, bisa diproduksi secara masal, dll, menjadi sifat yang dimiliki ciptaan/makhluk.

Termasuk didalamnya adalah alam semesta ini, jadi rasanya tidak tepat bila alam semesta ini dianggap alam semesta yang tunggal (universe). Sebagai ciptaan harusnya juga bersifat multi (lebih dari satu), memiliki saudara, memiliki teman, memiliki kerabat dan semacamnya.

Kumpulan galaxi yang disebut semesta ini, harusnya juga tidak hanya satu saja. Banyak kumpulan galaxi lainnya yang harusnya juga muncul atau mengada, sejalan dengan diadakan-Nya semesta yang dihuni anak turun Adam AS ini.

Semesta lain bukan dalam artian alam yang memiliki dimensi berbeda dengan semesta ini, tapi semesta yang serupa dan bisa jadi memiliki kemiripan dengan semesta yang dihuni oleh manusia.

Semesta yang mungkin saja dihuni oleh makhluk yang mirip manusia tapi hidup damai dan aman, atau mungkin juga semesta yang sunyi tanpa penghuni, atau semesta yang mungkin justru diisi oleh Iblis beserta keluarganya (karena gagal menipu Adam AS, jadi ganti Iblis yang turun ke dunia menanggung derita), dll.

Karena Maha Tunggal hanya bisa disematkan pada Sang Pencipta, maka multiverse adalah suatu hal yang seharusnya terjadi. Dan banyaknya semesta yang ada tentu tidak serta merta menjadi sebuah kesimpulan bahwa Tuhan menjadi banyak sebanyak semesta yang ada, justru banyaknya semesta membenarkan bahwa yang bersifat tunggal hanyalah Tuhan.

Semesta yang disini memang dihuni oleh makhluk yang penuh dengan ambisi, menyukai konflik, perang, kejahatan, dan lain sebagainya, namun disemesta lain bisa jadi dihuni oleh makhluk yang penuh kedamaian, aman, nyaman, sentosa dan sejahtera.

Dengan banyaknya semesta yang ada, maka semakin mengecilkan posisi manusia di jagad raya yang sangat luas ini, alias posisinya gak penting-penting amat. Maka kesombongan, kepongahan yang seperti apalagi yang mesti diumbar manusia. Masihkah merasa sok penting, merasa sok hebat, merasa sok kuat, merasa sok bisa, dan perasaan sok-sok-an yang lainnya.....

Sumber: http://astronomy-links.net/

Kamis, 10 September 2015

73 Golongan (Lanjutan)

Dari 73 golongan perbedaan yang ada dalam Islam, menurut pengetahuan saya sebagain besar hanya berputar pada masalah khilafiah saja. Masalah perbedaan dalam memandang suatu kekinian, terutama dalam mengambil kesimpulan hukum dari dalil-dalil Quran dan Hadist.

Seperti Qunut dan tidak pakai Qunut, kirim Surat Fatihah atau tidak, boleh selamatan atau tidak, dll.

Sementara dalam masalah mendasar, terutama tentang Tuhan dan Ketuhanan jarang sekali mengalami persinggungan.

Tidak ada perdebatan tentang sifat ke-Esa-an Allah, Maha Tunggal tidak memiliki sekutu apapun, baik berupa ayat-Nya, firman-Nya, Nabi-Nya, dll. Tidak ada perdebatan lebih kuasa manakah antara Allah dan sekutunya, tidak ada perdebatan adakah yang memiliki kekuatan dan kekuasaan lain selain Allah SWT, dan lain sebagainya.

Allah SWT sudah disepakati oleh semua muslim Maha Sempurna, Tunggal, Berbeda dengan makhluk-Nya, Berdiri sendiri, Kuasa, dll.

Tidak ada perdebatan mendasar tentang sifat dasar Tuhan, seperti Omnipotent (Qudrat/Maha Kuasa), ke-Maha Kuasa-an Tuhan yang tak terbatas memungkinkan Tuhan untuk melakukan apapun, jadi tidak perlu repot turun ke alam dunia untuk merubahnya.

Hari ini alam semesta beserta isinya dilenyapkan juga bisa, hari ini seluruh manusia berubah tanpa dosa seperti malaikat juga bisa, besok dirubah semua menjadi pendosa itu juga hak Tuhan.

Omniscient (Ilmun/Maha Mengetahui), awal dan akhir semua diketahui dengan sempurna oleh Tuhan, Iblis yang akan inkar, Adam AS yang akan tergoda, dan seluruh isi alam semesta akan menjadi seperti apa, semua lengkap diketahui oleh Tuhan.

Jadi dalam pemahaman Islam Tuhan tidak perlu Omnipresent (berada dalam ruang dan waktu ciptaan-Nya), cukup berada dalam Singgasana-Nya (sebuah alam keabadian yang tentu berada diluar ciptaan-Nya, seperti ruang, waktu dan juga semesta raya). Dari sana semua bisa terkontrol dan diatur, tidak perlu sampai turun kedunia untuk merubah apa yang sudah diciptakan-Nya, cukup dengan remot Kun Fayakun, apa diinginkan terjadi pasti akan terjadi.

Tukang kayu tidak perlu berubah menjadi kayu (dipotong, diserut, dipaku) untuk memperbaiki sebuah kursi kayu yang rusak, cukup mengambil peralatannya saja maka kursi kayu tersebut akan bisa diperbaiki seperti semula.

Sifat dasar tersebut diyakini sama oleh semua umat muslim, tidak ada pertentangan dan pertanyaan mengapa kalau Tuhan tahu iblis akan menggelincirkan Adam AS tidak mencegahnya saja. Kenapa Iblis tidak dibuat tetap baik saja seperti malaikat, sehingga Adam AS tidak sampai turun ke dunia.

Semua muslim mengamini kesempuranaan Tuhan, apa yang terjadi pada ciptaan-Nya memang itu yang mesti terjadi dan sudah menjadi rencana Tuhan. Muslim selalu melihat semua ciptaan Tuhan memiliki guna dan manfaat, muslim selalu diajarkan untuk selalu mengambil hikmah atas semua ciptaan-Nya.

Seperti apa yang terjadi pada Adam AS misalnya, adalah sebuah pembelajaran bagi makhluk ciptaan bernama manusia untuk berhati-hati dalam bertindak namun bila terlanjur melakukan kesalahan, tak perlu risau karena Tuhan akan mengampuninya (asal sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku).




Senin, 07 September 2015

73 Aliran Benarkah Menjadi Rahmat? (Renungan Kasus Teuku Wisnu)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan. 

Mengacu pada hadist diatas, 73 bahkan lebih perbedaan aliran/golongan (sudut pemahaman) yang muncul sepeninggal Rosulullah sepertinya menjadi hal yang sewajarnya terjadi. Satu hal yang telah diprediksi jauh sebelumnya oleh Rosulullah sendiri.

Dengan tongkat estafet kepemimpinan yang tidak ditunjuk secara resmi (tidak ada surat wasiat) dari Rosulullah yang bisa dianggap legal untuk mengantikan Beliau (meski Syiah mempunyai versinya sendiri). Menjadikan tanda dan prediksi Beliau tentang percabangan dalam Islam semakin mendekati kenyataan.

Kerugian

Memang betul dengan banyaknya aliran percabangan dalam memahami ajaran Nabi (Qur’an dan Hadist) disatu sisi semakin menciptakan perpecahan dalam kalangan umat Islam sendiri.

Banyaknya aliran telah terbukti menjadikan wajah Islam terpecah belah, dan sering dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaan. Konflik yang terjadi di Timur Tengah adalah bukti kuat kekuasaan yang memanfaatkan perpecahan yang ada didalam ajaran Islam.

Konflik kepentingan yang ingin menguasai dan menancapkan kekuatan pengaruhnya di wilayah Timur Tengah, telah menjadikan aneka aliran tersebut sebagai pintu gerbang untuk memasukinya. Menjadi kuda troya bagi mereka yang ingin berkusa dan menguasai wilayah disana.

Antar golongan dengan mudah dimanfaatkan, diadu dan dibenturkan untuk saling tikam sendiri, orang-orang yang haus kekuasaan tidak perlu modal besar membuat prajurit atau tentara yang banyak, cukup menyediakan dana secukupnya maka konflik bisa tercipta dengan mudah. Mereka dengan cepat akan saling hujat, mengkafirkan, dan semacamnya yang pada ujungnya akan saling bunuh dengan sendirinya, hanya karena ingin mengesahkan bahwa tafsiran akan ajarannya adalah yang paling tepat dan sempurna.

Keuntungan

Namun disisi lain, juga bisa memberikan pengajaran dan pendidikan tentang cara berpikir terbuka, menghargai perbedaan, tidak kaku dan sakleg dalam memahami Qur’an, Hadist, Tuhan, Ketuhanan, dll, yang justru bisa memperkaya khazanah ke-Islam-an itu sendiri.

Menurut renungan saya, ada manfaat yang besar dengan tidak adanya penunjukan secara resmi oleh Rosulullah siapa yang menggantikan Beliau. Terutama bila ditarik kepada satu hadist yang terkenal Perbedaan-perbedaan umatku adalah rahmat”, meski hadist ini tidak memiliki sejarah periwayatan yang jelas (hadist yang lemah) namun banyak ulama sepakat bahwa hadist ini memiliki lebih banyak manfaat daripada mudarat

Dengan tidak ditunjuknya penganti Beliau secara resmi, maka umat Islam terhindar dari munculnya sosok atau kaum yang merasa secara legal ditunjuk untuk menjadi “Nabi”. Sosok atau kaum yang merasa paling berhak melanjutkan tugas Kenabian atau silsilah Kenabian.

Dengan tidak menunjuk secara resmi, Rosulullah SEJATINYA telah menutup peluang munculnya sosok atau kaum yang akan bertindak sebagai “Nabi berikutnya”. Dengan kekuasaan yang legal dari wasiat Rosulullah, maka pemegang wasiat tersebut sama dengan memenggang kekuasaan yang besar atas seluruh umat Islam.

Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi kelak, bila kekuasaan yang sedemikian besar atas seluruh Muslim di dunia, jatuh pada sosok atau kaum tertentu saja. Terlebih bila pergantian pemimpin tersebut diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, bukan tidak mungkin penyalah gunaan wewenang dan kekuasaan akan banyak terjadi.

Dengan penerus Nabi yang legal berdasarkan wasiat, maka wajah Islam akan sama seperti Katolik abad pertengahan. Dimana Islam akan menjadi terlembaga, akan ada institusi tunggal yang superior yang akan memberikan fatwa tunggal tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh umat Islam secara keseluruhan. Perbedaan menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan, pemaknaan Qur’an dan Hadist harus sejalan dengan kebijakan otoritas tunggal tersebut.

Tanpa perbedaan Islam akan berwajah kaku, suram dan buram, ajaran Rosulullah akan dibakukan oleh kelompok yang mendapat legalitas atas umat Islam. Pemahaman dan pengartian Qur’an dan Hadist hanya boleh dilakukan oleh pemegang wasiat, umat yang lain tidak boleh lagi dengan seenaknya memberikan pengertian yang berbeda.

Tidak ada lagi kekayaan pemahaman seperti pernah terjadi pada Al-Ghazali, Ibnu Rusyid, Ibnu Sina, atapun Ibnu Arabi. Tidak ada lagi pemahaman kemanunggalan seperti Al-Hallaj, Abu Yazid ataupun Syekh Siti Jenar, dll. Tidak ada lagi ungkapan cinta yang berlimpah seperti Rumi dan  Nizami.

Islam tidak bakal memiliki para penemu hebat yang karya mereka menjadi rujukan atau menjadi awalan penemuan modern saat ini. Tanpa perbedaan, tokoh-tokoh pemikir Islam dipastikan akan tenggelam, pemikiran-pemikiran yang diluar kotak akan terkotakkan terlebih dahulu sebelum muncul kepermukaan.

Penutup

Kebenaran sejati selalu menjadi milik Allah Sang Maha Benar, bila kemudian pemahaman atas ajaran Nabi (Qur’an dan Hadist) dikuasai oleh sebuah lembaga tunggal saja, maka makna kebenaran akan dipaksa untuk tunduk pada satu terjemahan saja. Yang kebenarannya tentu belum benar yang sebenar-benarnya, karena bukan kebenaran hakiki milik Illahi tapi kebenaran menurut versi salah satu golongan.

Perbedaan dalam ajaran Islam menjadi sebuah anugrah, tiap-tiap Muslim secara mandiri (bukan lagi sekelompok) bisa memaknai ajaran Rosulullah menurut pengalaman pribadinya, menurut perenungannya, menurut pemikirannya.

Ada atsar (pendapat sahabat Nabi) yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.” 

Dan didalam Qur’an sendiri banyak ayat yang menyuruh umat Islam untuk bepikir dan merenung tentang alam semesta ini, bahkan Rosulullah sendiri bertafakur atau merenung didalam gua sebelum memperoleh wahyu.

Tauladan Nabi yang selalu bertafakur dan merenung harusnya tetap dilestarikan oleh tiap-tiap pribadi Muslim, terutama tafakur tentang semesta dan penciptaannya seperti hadist Rasulullah SAW. “berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.”

Karena dari situ adalah awal untuk mengenal dan memahami Dzat Allah pemilik kebenaran sejati. Salah dan benar, biarlah diputuskan oleh Pemilik-Nya, bukan oleh mereka yang merasa memiliki benar dan salah….

Perpecahan dan perbedaan yang terjadi saat ini akan menjadi pembelajaran umat Islam pada suatu saat nanti, terutama ditengah era keterbukaan informasi melalui media sosial. Era medsos seperti saat ini, menjadikan setiap perbedaan yang muncul akan dikritisi dan dipertanyakan, yang pada akhirnya akan muncul budaya berargumen yang sehat dimedia sosial. Dan tidak lagi melakukan budaya kekerasan dan pengebirian ide dengan vonis hukuman kematian bagi pemiliknya.

Islam tidak akan pernah menjadi agama yang terlembaga, Islam akan tetap bisa menjadi tuntunan bagi pribadi-pribadi mandiri.

73 golongan bukanlah mendung dalam teologi Islam, tapi sudah menjadi hujan yang akan menumbuhkan aneka biji tanaman dalam taman ke-Islam-an. Biji tanaman yang kelak akan tumbuh besar yang bisa menjadikan taman ke-Islam-an menjadi sebuah taman yang indah dengan aneka macam tanaman. Bahkan onak dan duri yang tumbuh bisa sangat bermanfaat, menjaga tanaman lain untuk tetap tumbuh subur. Semoga…..