Jumat, 21 Februari 2014

Menebak Juara Indonesian Idol 2014

Melihat babak spektakuler Indonesian Idol barusan, entah kenapa kok pingin seru-seruan menebak pemenang ajang pencarian bakat satu ini. Dengan melihat penampilan para pesertanya dan menimbang komentar maupun bahasa tubuh dari para jurinya, saya mempunyai prediksi siapa yang bakal menjadi pemenangnya, posisi kedua serta posisi ketiga. Dan inilah hasil wangsit yang barusan saya terima di jam 00.35 pada hari Sabtu dini hari, 22 Februari 2014 :

Juara pertama: Nowella
Juara kedua : De Virzha
Juara ketiga : Sarah

Dan melihat arah angin yang berhembus, sms mereka akan bersaing dengan ketat, namun apa mau dikata kelihatannya ini tahunnya Nowella....... 

Kamis, 20 Februari 2014

Membakar Surga, Menyiram Neraka.......

Dengan membawa ember ditangan kanan dan obor ditangan kirinya, Rabi’ah Adawiyah sang sufi cantik ini berkeliling disepanjang jalanan kota. Tak heran tingkahnya menjadi perbincangan dan membuat penduduk keheranan, ada apa gerangan dengan Rabi’ah.

Ketika penduduk kota ramai-ramai menghampiri dan menanyakannya, sang sufipun menjawab, dengan air akan kupadamkan api neraka, dengan api akan kubakar taman-taman surga. Sehingga tak ada lagi neraka yang perlu ditakuti, tak ada lagi surga indah nan sejuk yang pantas diingini oleh makhluk.

Tindakannya itu disebabkan karena kegemasan sang sufi terhadap perilaku penduduk kota, yang beribadah hanya karena kemaruk surga dan begitu takutnya akan kobaran api neraka. Ibadah tak lagi didasari karena rasa cinta dan syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, ibadah justru dijadikan ajang jual beli dengan Tuhan. Ibadah semata-mata menjadi ajang untuk menumpuk pahala supaya bisa ditukar dengan bidadari atau bidadara, mengapling istana nan megah, atau ngiler pingin minuman yang rasanya seperti anggur hasil fermentasi.

Pahala hanya seperti poin yang dikumpulkan untuk digunakan sebagai alat tukar atau tiket masuk ke surga setelah dipotong dengan dosa-dosa yang pernah diperbuat. Tak ada lagi ibadah dengan niat karena Allah semata, yang ada hanya niat ingin mendapat pahala sebanyak-banyaknya karena takut siksa neraka. Lillahi ta’ala hanya dibibir saja sekedar ucapan wajib asal memenuhi syarat, tak sampai merasuk kedalam sanubari pelakunya.

Sayangnya Rabi’ah Adawiyah tidak dilahirkan di masa kini, seandainya terlahir di masa kini, tentu tak perlu repot-repot membawa ember dan obor berkeliling kota mencoba mengingatkan para penduduk. Karena di masa kini orang-orang sudah tidak lagi kemaruk surga dan tak takut lagi neraka, sebab mereka lebih memilih hadiah mobil yang langsung bisa dinaiki, “bidadari/bidadara" yang bisa dibeli. Dan tak takut lagi dengan kobaran api neraka karena disana akan banyak kawan, kerabat serta sahabat yang akan menemani.

(Sebuah renungan pribadi tentang adanya sholat berjamaah dengan hadiah mobil, titip doa dengan membayar, dll)

Minggu, 09 Februari 2014

Fatin, Pilih Latihan Vokal atau Ditinggal...

Sebetulnya ini bukan ranah yang ingin saya campuri, tapi apa mau dikata dengan berat hati saya tulis juga. (Dan tulisan ini akan saya hapus, apabila Fatin ternyata sudah berlatih vokal)

Sejak kemenangannya, belum pernah saya mendengar kabar Fatin menunjuk guru vokal secara resmi, belum ada berita yang pasti bahwa Fatin berlatih vokal secara terjadwal. Dan seolah menggaris bawahi apa yang saya duga, bahwa sampai sejauh ini Fatin belum latihan vokal (koreksi bila salah). Tertutama saat melihat penampilan Fatin yang masih saja belum stabil, beberapa diantaranya bahkan berada dibawah performnya saat di XFactor.
Ini menimbulkan banyak pertanyaan, ada apa sebenarnya? Salahnya dimana? Salahkah menajemennya? Atau salahkah Fatinnya? Kenapa latihan vokal ini seolah menjadi prioritas paling buncit?
Padahal sebagai seorang penampil yang me-nyaji-kan suara sebagai modalnya (menjual suara bahasa kasarnya), tentu yang ditunggu adalah suaranya. Bila suara ini tidak dilatih dan dibiasakan, bagaimana bisa memberikan yang maksimal. Penyanyi yang sudah senior saja masih terus berlatih, apalagi pendatang baru sudah seharusnya lebih keras lagi berlatihnya.
Bila pemilik suara ini terus-menerus tidak bisa menampilkan yang terbaik, tidak bisa memberikan yang maksimal, lantas apa lagi yang ingin didengar dan ditunggu oleh penikmatnya? Bisa-bisa sedikit demi sedikit malah akan ditinggal oleh para penikmatnya.
Tapi yang paling penting dari semua itu, kambali kepada manajemen, keluarga, dan terutama orang yang menjalani/nglakoni-nya sendiri yaitu Fatin, sejauh mana kemauannya, sejauh mana kenyamanannya menjadi penyanyi, sejauh mana ingin mencapainya. Kalau sudah merasa cukup dengan pencapaian saat ini ya tidak masalah asal nyaman, dari pada mejalaninya dengan penuh keterpaksaan..........
Catatan: Kenapa saya ngotot kalau suara Fatin enak didengar (catat: bukan wow), patokan saya adalah granade dan pump up kicks. Dan terlebih saat duet dengan Rossa, duet dengan Ariel Noah, duet denga Vidi Aldiano, duet dengan Rio Febrian, duet dengan Sandy Sandoro, duet dengan The Colective, terlihat begitu menjanjikan karena bisa mengimbangi dan tidak kedodoran bersanding dengan musisi-musisi yang terhitung memiliki jam terbang tinggi.

Senin, 03 Februari 2014

Sholat: Belajar Hening Didalam Keramaian, Belajar Tenang Didalam Gerak

Sholat memang tidak harus dikerjakan didalam ruang yang tertutup, bisa dikerjakan dimana saja. Di sela-sela danggangan didalam pasar, dipinggir lapangan atau dalam kendaraan yang sedang berjalanpun juga bisa. Terlihat gampang, sederhana dan tidak rumit, tak harus mencari tempat yang sepi atau ruangan yang senyap untuk melaksanakannya.

Namun jika direnungkan lagi sebetulnya tidak sesederhana itu, sama seperti ajaran keyakinan lain sholat itu adalah saatnya manusia berkomunikasi dengan Sang Maha Ada. Meletakkan, melepaskan semua atribut kemanusiaannya untuk mencoba menggapai kembali nilai-nilai keilahiannya. Belajar meluruhkan sifat ketanahannya, untuk mengasah dan memurnikan kembali “Nafas Cinta” yang pernah ditiupkan-Nya.

Memang saat-saat seperti itu biasanya lebih mudah dilakukan dalam ruangan khusus dan waktu khusus. Akan lebih mudah mencapai keheningan bila berada di tempat yang sunyi dan senyap, akan lebih mudah tenang bila dalam keadaan tidak bergerak (diam).

Seolah tahu seperti apa masa depan umatnya nanti, yang selalu merasa sok sibuk dengan urusan dunianya, tidak  pernah merasa cukup dengan apa yang dipunyainya, selalu was-was dengan apa yang akan terjadi pada masa depannya.

Seperti kondisi umatnya yang tidak lagi berada didesa ataupun gunung-gunung yang sepi dan sunyi, namun berada ditengah keramaian dan kesibukan, dituntut untuk bergerak cepat diburu oleh waktu.

Maka hadirlah ilham, dimana sholat pun bisa dilaksankan dimana saja dan dibuat tidak tetap, ada gerak tubuh yang berubah-ubah dan berulang saat melaksanakannya. Ada makna dan hikmahnya kenapa tatacara ibadah sholat seperti itu, dalam sholat ada proses latihan untuk selalu mengingat Allah didalam keramaian, serta latihan mengigat Allah didalam setiap gerak. 

Apabila dalam keadaan berubah-ubah seperti berdiri, duduk maupun sujud selalu ingat Allah, maka saat menjalani kehidupan sehari-hari yang terus berubah juga akan terlatih dan terbiasa untuk selalu mengingat Allah.

Saat mengalami kondisi yang tidak tetap, susah atau senang, disanjung atau direndahkan, dipuji atau dicaci, akan menjadi terbiasa untuk selalu bersandar kepada Allah semata. Dan bila itu sudah menyatu menjadi kebiasaan, maka hatinya tidak lagi tergoyahkan oleh gerak perubahan, jiwanya akan menjadi tenang dan akan selalu ridho hanya kepada Allah.