Kamis, 20 Februari 2014

Membakar Surga, Menyiram Neraka.......

Dengan membawa ember ditangan kanan dan obor ditangan kirinya, Rabi’ah Adawiyah sang sufi cantik ini berkeliling disepanjang jalanan kota. Tak heran tingkahnya menjadi perbincangan dan membuat penduduk keheranan, ada apa gerangan dengan Rabi’ah.

Ketika penduduk kota ramai-ramai menghampiri dan menanyakannya, sang sufipun menjawab, dengan air akan kupadamkan api neraka, dengan api akan kubakar taman-taman surga. Sehingga tak ada lagi neraka yang perlu ditakuti, tak ada lagi surga indah nan sejuk yang pantas diingini oleh makhluk.

Tindakannya itu disebabkan karena kegemasan sang sufi terhadap perilaku penduduk kota, yang beribadah hanya karena kemaruk surga dan begitu takutnya akan kobaran api neraka. Ibadah tak lagi didasari karena rasa cinta dan syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, ibadah justru dijadikan ajang jual beli dengan Tuhan. Ibadah semata-mata menjadi ajang untuk menumpuk pahala supaya bisa ditukar dengan bidadari atau bidadara, mengapling istana nan megah, atau ngiler pingin minuman yang rasanya seperti anggur hasil fermentasi.

Pahala hanya seperti poin yang dikumpulkan untuk digunakan sebagai alat tukar atau tiket masuk ke surga setelah dipotong dengan dosa-dosa yang pernah diperbuat. Tak ada lagi ibadah dengan niat karena Allah semata, yang ada hanya niat ingin mendapat pahala sebanyak-banyaknya karena takut siksa neraka. Lillahi ta’ala hanya dibibir saja sekedar ucapan wajib asal memenuhi syarat, tak sampai merasuk kedalam sanubari pelakunya.

Sayangnya Rabi’ah Adawiyah tidak dilahirkan di masa kini, seandainya terlahir di masa kini, tentu tak perlu repot-repot membawa ember dan obor berkeliling kota mencoba mengingatkan para penduduk. Karena di masa kini orang-orang sudah tidak lagi kemaruk surga dan tak takut lagi neraka, sebab mereka lebih memilih hadiah mobil yang langsung bisa dinaiki, “bidadari/bidadara" yang bisa dibeli. Dan tak takut lagi dengan kobaran api neraka karena disana akan banyak kawan, kerabat serta sahabat yang akan menemani.

(Sebuah renungan pribadi tentang adanya sholat berjamaah dengan hadiah mobil, titip doa dengan membayar, dll)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar