Kamis, 10 September 2015

73 Golongan (Lanjutan)

Dari 73 golongan perbedaan yang ada dalam Islam, menurut pengetahuan saya sebagain besar hanya berputar pada masalah khilafiah saja. Masalah perbedaan dalam memandang suatu kekinian, terutama dalam mengambil kesimpulan hukum dari dalil-dalil Quran dan Hadist.

Seperti Qunut dan tidak pakai Qunut, kirim Surat Fatihah atau tidak, boleh selamatan atau tidak, dll.

Sementara dalam masalah mendasar, terutama tentang Tuhan dan Ketuhanan jarang sekali mengalami persinggungan.

Tidak ada perdebatan tentang sifat ke-Esa-an Allah, Maha Tunggal tidak memiliki sekutu apapun, baik berupa ayat-Nya, firman-Nya, Nabi-Nya, dll. Tidak ada perdebatan lebih kuasa manakah antara Allah dan sekutunya, tidak ada perdebatan adakah yang memiliki kekuatan dan kekuasaan lain selain Allah SWT, dan lain sebagainya.

Allah SWT sudah disepakati oleh semua muslim Maha Sempurna, Tunggal, Berbeda dengan makhluk-Nya, Berdiri sendiri, Kuasa, dll.

Tidak ada perdebatan mendasar tentang sifat dasar Tuhan, seperti Omnipotent (Qudrat/Maha Kuasa), ke-Maha Kuasa-an Tuhan yang tak terbatas memungkinkan Tuhan untuk melakukan apapun, jadi tidak perlu repot turun ke alam dunia untuk merubahnya.

Hari ini alam semesta beserta isinya dilenyapkan juga bisa, hari ini seluruh manusia berubah tanpa dosa seperti malaikat juga bisa, besok dirubah semua menjadi pendosa itu juga hak Tuhan.

Omniscient (Ilmun/Maha Mengetahui), awal dan akhir semua diketahui dengan sempurna oleh Tuhan, Iblis yang akan inkar, Adam AS yang akan tergoda, dan seluruh isi alam semesta akan menjadi seperti apa, semua lengkap diketahui oleh Tuhan.

Jadi dalam pemahaman Islam Tuhan tidak perlu Omnipresent (berada dalam ruang dan waktu ciptaan-Nya), cukup berada dalam Singgasana-Nya (sebuah alam keabadian yang tentu berada diluar ciptaan-Nya, seperti ruang, waktu dan juga semesta raya). Dari sana semua bisa terkontrol dan diatur, tidak perlu sampai turun kedunia untuk merubah apa yang sudah diciptakan-Nya, cukup dengan remot Kun Fayakun, apa diinginkan terjadi pasti akan terjadi.

Tukang kayu tidak perlu berubah menjadi kayu (dipotong, diserut, dipaku) untuk memperbaiki sebuah kursi kayu yang rusak, cukup mengambil peralatannya saja maka kursi kayu tersebut akan bisa diperbaiki seperti semula.

Sifat dasar tersebut diyakini sama oleh semua umat muslim, tidak ada pertentangan dan pertanyaan mengapa kalau Tuhan tahu iblis akan menggelincirkan Adam AS tidak mencegahnya saja. Kenapa Iblis tidak dibuat tetap baik saja seperti malaikat, sehingga Adam AS tidak sampai turun ke dunia.

Semua muslim mengamini kesempuranaan Tuhan, apa yang terjadi pada ciptaan-Nya memang itu yang mesti terjadi dan sudah menjadi rencana Tuhan. Muslim selalu melihat semua ciptaan Tuhan memiliki guna dan manfaat, muslim selalu diajarkan untuk selalu mengambil hikmah atas semua ciptaan-Nya.

Seperti apa yang terjadi pada Adam AS misalnya, adalah sebuah pembelajaran bagi makhluk ciptaan bernama manusia untuk berhati-hati dalam bertindak namun bila terlanjur melakukan kesalahan, tak perlu risau karena Tuhan akan mengampuninya (asal sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar