Dari 73 golongan perbedaan yang ada dalam Islam,
menurut pengetahuan saya sebagain besar hanya berputar pada masalah khilafiah
saja. Masalah perbedaan dalam memandang
suatu kekinian, terutama dalam mengambil kesimpulan hukum dari dalil-dalil
Quran dan Hadist.
Seperti
Qunut dan tidak pakai Qunut, kirim Surat Fatihah atau tidak, boleh selamatan
atau tidak, dll.
Sementara
dalam masalah mendasar, terutama tentang Tuhan dan Ketuhanan jarang sekali
mengalami persinggungan.
Tidak ada perdebatan tentang sifat ke-Esa-an Allah,
Maha Tunggal tidak memiliki sekutu apapun, baik berupa ayat-Nya, firman-Nya,
Nabi-Nya, dll. Tidak ada perdebatan lebih kuasa manakah antara Allah dan sekutunya,
tidak ada perdebatan adakah yang memiliki kekuatan dan kekuasaan lain selain
Allah SWT, dan lain sebagainya.
Allah SWT sudah disepakati oleh semua muslim Maha
Sempurna, Tunggal, Berbeda
dengan makhluk-Nya, Berdiri sendiri, Kuasa, dll.
Tidak ada perdebatan mendasar tentang sifat dasar
Tuhan, seperti Omnipotent (Qudrat/Maha
Kuasa),
ke-Maha Kuasa-an Tuhan yang tak terbatas memungkinkan Tuhan untuk melakukan
apapun, jadi tidak perlu repot turun ke alam dunia untuk merubahnya.
Hari ini alam semesta beserta isinya dilenyapkan
juga bisa, hari ini seluruh manusia berubah tanpa dosa seperti malaikat juga
bisa, besok dirubah semua menjadi pendosa itu juga hak Tuhan.
Omniscient (Ilmun/Maha Mengetahui), awal dan akhir semua
diketahui dengan sempurna oleh Tuhan, Iblis yang akan inkar, Adam AS yang akan
tergoda, dan seluruh isi alam semesta akan menjadi seperti apa, semua lengkap
diketahui oleh Tuhan.
Jadi dalam pemahaman Islam Tuhan
tidak perlu Omnipresent
(berada dalam ruang dan waktu ciptaan-Nya), cukup berada dalam Singgasana-Nya (sebuah
alam keabadian yang tentu berada diluar ciptaan-Nya, seperti ruang, waktu dan
juga semesta raya). Dari sana
semua bisa terkontrol dan diatur, tidak perlu sampai turun kedunia untuk
merubah apa yang sudah diciptakan-Nya, cukup dengan remot Kun Fayakun, apa diinginkan
terjadi pasti akan terjadi.
Tukang kayu tidak perlu berubah menjadi kayu (dipotong,
diserut, dipaku) untuk memperbaiki sebuah kursi kayu yang rusak, cukup
mengambil peralatannya saja maka kursi kayu tersebut akan bisa diperbaiki
seperti semula.
Sifat dasar tersebut diyakini sama oleh semua umat
muslim, tidak ada pertentangan dan pertanyaan mengapa kalau Tuhan tahu iblis
akan menggelincirkan Adam AS tidak mencegahnya saja. Kenapa Iblis tidak dibuat tetap
baik saja seperti malaikat, sehingga Adam AS tidak sampai turun ke dunia.
Semua muslim mengamini kesempuranaan Tuhan, apa
yang terjadi pada ciptaan-Nya memang itu yang mesti terjadi dan sudah menjadi
rencana Tuhan. Muslim selalu melihat semua ciptaan Tuhan memiliki guna dan
manfaat, muslim selalu diajarkan untuk selalu mengambil hikmah atas semua
ciptaan-Nya.
Seperti apa yang terjadi pada Adam AS misalnya,
adalah sebuah pembelajaran bagi makhluk ciptaan bernama manusia untuk
berhati-hati dalam bertindak namun bila terlanjur melakukan kesalahan, tak
perlu risau karena Tuhan akan mengampuninya (asal sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar