Sabtu, 08 Maret 2014

Fatin dan Sebuah Pelajaran dari Kegagalan Eza Idol

Cukup mengejutkan juga melihat penampilan Eza di ajang spektakuler beberapa waktu lalu, berlatar belakang guru vokal serta berusia matang sebagai penyanyi sudah semestinya paham betul cara bernyanyi yang baik. Namun jauh berbeda dengan penampilan maksimalnya saat di audisi atau eleminasi, di spektakuler menurut penilaian Titi DJ justru terlihat kehabisan nafas dan ngos-ngosan. Penampilan tersebut memberi gambaran lain bagi awam-er seperti saya, ternyata seorang guru vokal yang tahu benar seluk-beluk teknik olah vokal tak menjamin bisa menaklukkan semua jenis lagu.
Penampilan Eza yang kehabisan nafas mengingatkan saya pada beberapa penampilan terakhir Fatin,  sama-sama terlihat kehabisan nafas tidak seperti saat masih berada di XFactor ataupun beberapa penampilan lainnya. Bila sebelumnya dengan mudah saya langsung berburuk sangka dan memvonis kalau Fatin tidak berlatih vokal dengan baik (seperti pernah saya tulis blog pribadi). Namun setelah melihat penampilan Eza sedikit banyak membuka sudut pandang saya tentang apa yang terjadi pada Fatin, kalau seorang guru vokal saja bisa kehabisan nafas apalagi Fatin yang jam terbangnya masih minim.
Apa yang terjadi pada Eza bisa jadi karena memang kurang latihan atau kurang terbiasa untuk bernyanyi dengan jenis lagu seperti itu, atau mungkin juga seperti penilaian Tantri yang mengatakan karena Eza memiliki suara serak membuatnya jadi mudah kehabisan nafas. Terlebih bila memang ada kesengajaan dari Eza ingin menjadikan serak sebagai ciri khasnya, sehingga memaksa diri sepaya terdengar lebih serak lagi saat di babak spektakuler, dengan harapan suara seraknya bisa memikat juri sekaligus menarik dukungan dari pemirsa.
Sementara itu apa yang terjadi pada Fatin saat ini, justru baru berada pada tahap awal latihan untuk memperkuat karakter seraknya, dengan cara sering bernyanyi di nada-nada yang lebih rendah. Kesengajaan dari manajemennya untuk mengarahkan Fatin supaya lebih berkarakter di nada rendah, lemah menjangkau nada-nada tinggi siapa tahu justru sangat berpotensi menjadi jagoan di nada rendah, terlebih usianya yang masih 17 tahun tentu jauh lebih mudah untuk dikembangkan dan dibentuk.
Meskipun saat ini masih terlihat ngos-ngosan, mungkin suatu saat nanti akan semakin sempurna seiring dengan bertambahnya jam terbang, pengalaman dan kematangan vokalnya. Ini bisa menjadi sebuah peluang tersendiri, bila melihat ketatnya persaingan serta berlimpahnya penyanyi yang memiliki suara tinggi bak diva. Siapa tahu dengan menjadi penyanyi yang memiliki suara rendah namun berkarakter, justru lebih memperbesar kesempatannya untuk meraih kesuksesan. Semoga saja memang seperti judul bukunya, ini baru permulaan.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar