Cukup mengejutkan juga melihat
penampilan Eza di ajang spektakuler beberapa waktu lalu, berlatar belakang guru
vokal serta berusia matang sebagai penyanyi sudah semestinya paham betul cara
bernyanyi yang baik. Namun jauh berbeda dengan penampilan maksimalnya saat di
audisi atau eleminasi, di spektakuler menurut penilaian Titi DJ justru terlihat
kehabisan nafas dan ngos-ngosan. Penampilan tersebut memberi gambaran lain bagi
awam-er seperti saya, ternyata seorang guru vokal yang tahu benar seluk-beluk
teknik olah vokal tak menjamin bisa menaklukkan semua jenis lagu.
Penampilan Eza yang kehabisan
nafas mengingatkan saya pada beberapa penampilan terakhir Fatin, sama-sama terlihat kehabisan nafas tidak seperti
saat masih berada di XFactor ataupun beberapa penampilan lainnya. Bila sebelumnya
dengan mudah saya langsung berburuk sangka dan memvonis kalau Fatin tidak
berlatih vokal dengan baik (seperti pernah saya tulis blog pribadi). Namun setelah
melihat penampilan Eza sedikit banyak membuka sudut pandang saya tentang apa
yang terjadi pada Fatin, kalau seorang guru vokal saja bisa kehabisan nafas
apalagi Fatin yang jam terbangnya masih minim.
Apa yang terjadi pada Eza bisa
jadi karena memang kurang latihan atau kurang terbiasa untuk bernyanyi dengan
jenis lagu seperti itu, atau mungkin juga seperti penilaian Tantri yang
mengatakan karena Eza memiliki suara serak membuatnya jadi mudah kehabisan
nafas. Terlebih bila memang ada kesengajaan dari Eza ingin menjadikan serak
sebagai ciri khasnya, sehingga memaksa diri sepaya terdengar lebih serak lagi saat
di babak spektakuler, dengan harapan suara seraknya bisa memikat juri sekaligus
menarik dukungan dari pemirsa.
Sementara itu apa yang terjadi
pada Fatin saat ini, justru baru berada pada tahap awal latihan untuk memperkuat
karakter seraknya, dengan cara sering bernyanyi di nada-nada yang lebih rendah.
Kesengajaan dari manajemennya untuk mengarahkan Fatin supaya lebih berkarakter di
nada rendah, lemah menjangkau nada-nada tinggi siapa tahu justru sangat berpotensi
menjadi jagoan di nada rendah, terlebih usianya yang masih 17 tahun tentu jauh lebih
mudah untuk dikembangkan dan dibentuk.
Meskipun
saat ini masih terlihat ngos-ngosan, mungkin suatu saat nanti akan semakin sempurna seiring dengan bertambahnya jam terbang, pengalaman
dan kematangan vokalnya. Ini bisa menjadi sebuah peluang tersendiri, bila melihat
ketatnya persaingan serta berlimpahnya penyanyi yang memiliki suara tinggi bak
diva. Siapa tahu dengan menjadi penyanyi yang memiliki suara rendah namun
berkarakter, justru lebih memperbesar kesempatannya untuk meraih kesuksesan. Semoga
saja memang seperti judul bukunya, ini baru permulaan.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar