Minggu, 12 Juli 2015

Bagaimana Sebaiknya Muslim Menyikapi LGBT?

LGBT kini tengah marak dan semakin mendapat tempat diseluruh dunia, lantas bagaimanakah muslim menyikapi hal ini? Menentangkah atau ikut arus utama mengikutinya.

Dalam Qur’an telah jelas disebutkan umat Nabi Luth adalah contoh perwakilan dari mereka ini, dan dengan jelas pula dalam kisah tersebut Allah mengutus Nabi Luth untuk memberi peringatan pada mereka untuk tidak terus melanjutkan perbuatan mereka.

Jadi jelas ajaran Islam melarang perbuatan semacam umat Nabi Luth ini, pernikahan apalagi hanya sebatas hubungan tanpa ikatan oleh sesama jenis gender jelas juga akan terlarang pula.

Jikalau begitu tidakkah Islam akan semakin dikenal sebagai agama yang sangat tidak toleran, dimana selama beberapa tahun belakang ini tercitra sebagai agama dan umat yang sangat tidak menghargai perbedaan.

Lantas bagaimanakah sikap yang sebaiknya dilakukan?

Ada satu hal pernah menjadi renungan saya pribadi, jika kita ingin memperbaiki sesuatu entah barang atau apapun bila saat pertama kali melihatnya saja sudah menimbulkan ketidak senangan atau kebencian pada barang tersebut, maka bisa dipastikan akan semakin enggan untuk memperbaikinya. Kalaupun terpaksa memperbaikinya juga akan asal-asalan saja, hingga hasil yang diperolehpun juga semakin asal-asalan pula.

Jadi kalau kita ingin memperbaiki mental atau sikap yang tidak tepat seperti LGBT dan aneka macam kejahatan dengan penuh kebencian maka akan sama hasilnya seperti perumpamaan memperbaiki barang diatas, yang diperoleh adalah hasil yang asal-asalan pula. Tidak membuat perubahan pada sikap dan tingkah laku dari mereka, tapi  malah semakin menimbulkan kebencian dari mereka.

Boleh dan harus kita tidak menyukai perilaku mereka karena ajaran yang menjadi keyakinan kita memang mengajarkan demikian, tapi jangan lantas menjadi pembenaran untuk membenci personal dari mereka, benci perbuatannya tapi jangan pernah membenci pelakunya.

Sama halnya dengan dilarangnya kita untuk tidak memakan daging babi, atau diperintahnya kita untuk menghindari air liur anjing, namun tidak pernah ada ajaran untuk membenci babi atapun anjing sebagai “personal”. Kita memang diperintah untuk menjauhi mereka namun bukan untuk membenci mereka. Sebagaimana tugas yang dibebankan manusia (muslim) untuk menjadi khalifah dimuka bumi, menjadi pengatur segala sesuatu yang ada dalamnya. Memanfaatkannya, memilah dan memilih bukan malah menghancurkan dan merusakannya.

Namun jangan lantas pula mencari-cari pembenaran atas perilaku tersebut dengan mencari ataupun memelintir dalil-dalil, agar supaya Islam terlihat toleran. Bagaimanapun juga manusia adalah makhluk yang sangat terbatas kemampuannya, tidak bakal mampu melihat apa yang akan terjadi satu detik didepan, tidak pula bakal bisa kembali satu detik kebelakang.

Apa yang jelas terlarang pasti ada alasan dan hikmah yang terkandung didalamnya, mungkin bukan sekarang bakal diketahuinya tapi suatu saat nanti.

Menghormati keputusan mereka sebagai pribadi, tapi tidak perlu pula merubah akidah dan ajaran yang telah ada……


1 komentar: