Kalau ada yang bilang kesempatan hanya datang sekali saja, saya tak cukup punya
dalil yang kuat untuk membantahnya. Kalau ada yang bilang keberhasilan itu
adalah hasil kerja keras puluhan kali lipat dari biasanya, saya juga tidak
punya dalil yang kuat untuk membantahnya. Kalau ada yang bilang nasib itu
berubah atas dasar kemauan manusia untuk merubahnya, pun saya tak tak punya
dalil yang kuat untuk membantahnya.
Tapi melihat apa yang terjadi pada Olga Syahputra, mengingatkan saya akan
petuah bijak lainnya. Rejeki itu tidak akan lari kemana-mana atau tiap-tiap
makhluk itu sudah mempunyai rejekinya sendiri-sendiri.
Semut tak akan memperoleh rejekinya kelinci, burung tak akan memperoleh
rejekinya harimau, singa tak akan memeroleh rejekinya gajah, sangat adil dan
bijak Tuhan memberikan rejeki hingga tak mungkin akan tertukar. Rejekinya
seukuran gelas dikasih air seember pasti akan luber, rejekinya seember dikasih
air sebak mandi pasti akan luber, rejekinya sebak mandi dikasih air sekolam
pastinya akan luber juga.
Mungkin seperti apa yang terjadi pada Olga, begitu kerasnya dia dalam
bekerja hingga tak kenal waktu dan tak kenal lelah. Dan hasilnya memang sangat
luar biasa, bukan hanya jutaan tapi milyaran rupiah berhasil dia kumpulkan.
Namun apa mau dikata, rejeki memang tak akan lari kemana. Hasil milyaran
rupiah tersebut pada akhirnya tidak sepenuhya diterima oleh Olga, sebagian yang
dimilikinya tersebut dengan terpaksa diserahkan pihak lain, rumah sakit,
dokter, perawat dan terapisnya, untuk membeli biaya kesehatannya.
Hasilnya mungkin tidak akan jauh berbeda bila dia tidak ngoyo untuk kejar
setoran, seandainya dia tidak kejar setoran penghasilannya mungkin hanya dapat
5 milyar, tapi dia tidak keluar ongkos biaya kesehatan. Sementara bila dia
begitu ngoyo kejar setoran dengan tidak mengenal waktu dan mengabaikan
kesehatan, bisa saja dia mendapatkan 10 milyar tapi dia juga akan menanggung
biaya kesehatannya yang mungkin bisa mencapai 5 milyar.
Jadi kalau memang rejekinya 5 milyar itulah yang mungkin akan dia dapat tak
lebih, sama juga dengan para koruptor dan hasil korupsinya mungkin akan sepadan
dengan biaya sidang dan ganti rugi yang dia bayarkannya. Kalaupun lolos dan tidak
ketangkap mungkin masa tuanya akan sakit-sakitan, sehingga tidak bakal bisa
menikmati hasil korupsi sepenuhnya dengan nyaman (hukum sebab akibat pasti akan
berlaku).
Yang terbaik adalah melakukan pekerjaan sebaik dan semampu yang kita bisa,
sementara hasilnya dikembalikan pada Sang Maha Pengatur dan Maha Pemberi
Rejeki. Apapun itu bila berlebihan tidak akan baik, pertengahan adalah yang pas
dan tepat, seimbang antara kerja keras dan istirahat, seimbang antara jasmani
dan rohani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar