Menurut Wikipedia, [[[Kausalitas merupakan prinsip sebab - akibat yang ilmu dan
pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan
dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa
setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu
kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian
kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.
Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu
sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan
kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis
tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji
hipotesis tersebut.]]]
Bagi yang berkeyakinan dengan konsep agama langit
selalu menisbatkannya pada Sang Maha Tunggal, sebagai penyebab awal atau sebab
yang tidak lagi bersebab.
Sementara bagi beberapa keyakinan dan atheis
mereka akan selalu mengejar harusnya ada lagi yang menyebabkan Tuhan ada, dan
selalu akan terjadi argumen yang panjang.
Menurut renungan saya kasualitas itu seperti
barisan seratus orang yang menghadap ke arah yang sama (bukan melingkar), saat
orang pertama mendorong orang kedua dan mengakibatkan jatuhnya orang kedua,
ketiga dan seterusnya. Jadi penyebab jatuhnya orang kesaratus adalah orang ke
sembilan puluh sembilan, dan seterusnya hingga sampai pada orang pertama. Sementara
orang pertama tidak terjatuh karena tidak ada yang menyebabkan dia terjatuh disebabkan
dialah penyebab pertama atau penyebab awalnya.