Kalau menengok kebelakang
hingga saat audisi, maka impian Fatin waktu itu amatlah sederhana, ingin
mendapatkan pelatihan vokal yang lebih baik, bukan impian muluk menjadi runner
up apalagi menjadi juara. Maka antara setuju dan tidak setuju dengan
merambahnya Fatin kedunia permainan watak.
Meskipun ini nanti
akan menjadi film yang menginspirasi generasi seusianya, sebuah kisah perjalan
dari bukan siapa-siapa berubah menjadi sosok yang dapat berbicara banyak dalam
karyanya. Sebuah kisah perjalanan tentang kekuatan menjadi diri sendiri, bukan
berusaha menjadi orang lain.
Ya, kekuatan atau
nilai plus-plus-plus-plus dari seorang Fatin adalah berani menjadi dirinya
sendiri. Ketika peserta yang lain saat mengikuti ajang pencarian bakat berlomba
“menjadi” idola mereka, Fatin justru apa adanya. Tidak berusaha menjadi Maudy
Ayunda atau Sherina, tidak pula ingin menjadi lady rocker seperti Nicky Astria
apalagi berusaha menjadi diva seperti Rossa.
Dan masih banyak kisah
perjalanannya yang bisa diangkat untuk dibagikan agar menjadi inspirasi remaja
seusianya.
Namun disisi lain,
film ini akan memakan banyak waktunya, mulai dari persiapan, pembuatan hingga
nanti peluncuran yang tentu membutuhkan promosi kemana-mana.
Padahal persaingan
terbesarnya bukan menjadi pemain watak, dia tidak akan bisa seperti Bunga Citra
yang bisa menjadi Ainun hari ini dan besok menjadi Alisha, atau seperti Acha Septriasa yang
berubah dari Tata menjadi Hanum di kesempatan lainnya.
Hak paten yang melekat pada dirinya adalah menjadi seorang Fatin, sosoknya
terlajur tercitra kuat seperti itu, akan dulit berubah-ubah menjadi sosok yang
berbeda.
Persaingan
terbesarnya adalah pada olah suara, yang membutuhkan ketlatenan dan latihan
yang terus menerus untuk menjadi baik dan lebih baik. Olah suara yang tidak
maksimal maka dalam sekejab akan dilindas oleh pendatang baru yang setiap hari
bermunculan, baik dari ajang pencarian bakat maupun secara mandiri.
Pengabaian latihan
olah suara karena tertindih dengan padatnya jadwal yang dilakoninya, hanya akan
membuat dia semakin tertinggal dalam olah vokal. Dan itu akan mempercepat para
penggemarnya berpaling dan memilih untuk tidak setia, terkeculai dia bisa
membagi waktunya untuk berlatih vokal supaya tetap bisa tampil prima.
Dan menurut saya,
Fatin berhutang dukungan yang begitu besar dari para pengemar yang telah
mengantarkannya menjadi jawara XFactor. Bukan hutang yang mesti dibayar dengan sapaan
akrab lewat media sosial, atau jabat tangan saat bertatap muka atau ucapan terimakasih
yang terus menerus tiada henti, tidak pula ganti uang pulsa yang telah banyak dikeluarkan.
Tapi berupa tanggungjawab secara moral untuk terus meningkatkan olah vokalnya
seperti impian atau harapannya saat mengikuti audisi, sesederhana itu pulalah
harapan dari para pendukungnya dahulu, hanya ingin Fatin memiliki olah vokal
yang semakin matang......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar